Di sebuah desa yang terpencil bernama Desa Kegelapan,
terdapat sebuah kebun anggur tua yang dikenal sebagai Kebun setan. Kebun ini
terkenal di kalangan penduduk desa karena sering muncul penampakan hantu dan
kejadian aneh yang tak terjelaskan. Suatu hari, tiga sahabat, Rudi, Lila, dan
Joni, memutuskan untuk mengunjungi kebun tersebut demi membuktikan keberanian
mereka.
"Eh, kalian udah dengar cerita tentang Kebun setan
itu?" tanya Rudi sambil menggosokkan tangannya ke bokongnya, sebagai tanda
ketakutan yang disembunyikan.
"Ya, katanya kalau kamu berdiri di tengah kebun dan
teriak 'Setan, temui aku!' kamu bakal dipertemukan dengan mereka," jawab
Lila sambil tertawa. "Sepertinya itu hanya mitos."
"Bagaimana kalau kita coba saja? Jangan bilang takut,
ya!" tantang Joni, menggoda mereka.
Ketiganya pun berangkat malam itu dengan senter di tangan
dan slapstick untuk menjaga suasana tetap ceria. Mereka berjalan menuju Kebun
setan, dan saat sampai, suasana menjadi sunyi senyap. Hanya suara langkah kaki
dan bunyi suara angin di antara dedaunan yang terdengar.
"Seram juga ya, kita di sini," bisik Rudi sambil
menempelin senter ke dapur dan menyoroti kebun yang gelap.
"Come on! Jangan bikin suasana jadi mencekam,"
seru Lila, mencoba untuk tetap santai. "Ayo kita seru-seruan di
sini!"
Joni langsung melangkah ke tengah kebun dan berteriak,
"Setan, temui aku!"
Tiba-tiba, cahaya senter mereka berkedip-kedip dan angin
bertiup kencang, seolah ada sesuatu yang datang. Mereka melihat sosok bayangan
hitam bergerak cepat di antara barisan tanaman anggur.
"Itu.. itu apa?" Lila mulai cemas, wajahnya yang
sebelumnya ceria berubah panik.
"Itu hanya tanaman, mungkin." Rudi mencoba
menenangkan.
Namun, bayangan itu semakin mendekat, dan tiba-tiba
berbentuk kembali menjadi sekumpulan wanita hantu yang mengenakan gaun putih
kusam. “Kembali dari mana kalian?” tanya salah satu dari hantu itu dengan suara
melengking.
“Aku sudah bilang! Kita tidak mau… eh, maksudnya, kami
datang dengan niat baik!” Joni berusaha terdengar berani, tapi suara kecutnya
tetap tidak tidak bisa disembunyikan.
Hantu itu hanya tersenyum sinis. “Kalau begitu, buktikan
jika niat kalian baik! Ayo, tantangan dengan kami!”
Rudi langsung berbisik, “Tantangan? Apa kalian siap?”
“Siapa takut!” seru Lila. “Tapi kita harus cepat! Kalau
mereka mau tantangan, mari kita gunakan humor!”
Mereka pun berhadapan dengan hantu mana yang berhasil
membuat mereka tertawa. Rudi memulai dengan stand-up comedy yang aneh mengenai
kucing hantu yang tidak bisa menangkap tikus.
“Kenapa kucing hantu tidak bisa menangkap tikus?” tanya Rudi
sambil mengedipkan mata.
"Hmm... kenapa?" tanya salah satu hantu, tertarik.
“Karena setiap kali mau menangkap, mereka terbang ke arah
orang yang tidak berani!” jawaban Rudi disambut hantu dengan tawa yang
menakutkan, tapi tetap terdengar lucu.
Suasana pun sedikit mencair. Rudi, Lila, dan Joni
melemparkan lelucon demi lelucon. Sekitar lima menit kemudian, hantu-hantu itu
tampak mulai bosan, meskipun masih menahan senyum.
“Hari ini kalian berhasil menghibur kami, tetapi ingat, kami
tidak mudah ditaklukkan. Sampai jumpa lagi di Kebun setan!” kata hantu yang
terdekat, dan tiba-tiba menghilang dalam kilatan cahaya.
Mereka bertiga terkejut dan berdiri di tengah kebun,
mendengarkan lahan yang bergetar sebelum akhirnya kembali tenang.
“Jadi, kita berhasil?” Tanya Joni dengan keraguan.
“Sepertinya mereka pergi karena kita lucu,” Lila bersorak
sambil melompat-lompat penuh kegembiraan.
“Ayo! Kita pulang sebelum mereka berubah pikiran!" seru
Rudi, dan ketiganya berlari menuju rumah, tertawa geli dengan pengalaman aneh
yang baru saja mereka alami.
Esok harinya, mereka tak henti-hentinya bercerita kepada
orang-orang di desa tentang kebun setan, dan bukan sebagai tempat menakutkan,
melainkan sebagai tempat penuh canda tawa yang menggigit. Meskipun ketiga
sahabat itu meninggalkan kebun tanpa rasa takut, mereka tahu, bahwa mistis
kebun itu tidak akan pernah sepenuhnya hilang.
Dalam benak mereka, Kebun setan bukan hanya sekedar lokasi
angker, tetapi tempat di mana lelucon bisa menaklukkan bahkan hantu sekalipun.
Comments
Post a Comment