Saturday, March 18, 2017

AAN KECIL “UPACARA BENDERA”

Tidak pernah bermimpi sekalipun untuk kejadian yang menimpa ku hari ini. Ketika selesai Upacara Bendera yang rutin setiap hari senin, kami pun mendapatkan pengumuman bahwa kelas ku di jadwalkan Senin depan bertugas sebagai penyelenggara Upacara. Sekolah kami memang mempunyai tradisi, dengan memberikan kesempatan bergilir kepada kelas 4 sampai dengan kelas 6 untuk menjadi penyelenggara Upacara Bendera. Setelah bubar Upacara, bu Sri Wali kelas kami mengumumkan siapa saja nama-nama Petugas yang akan menempati posisinya masing-masing.
"Aan kamu sebagai pembaca Undang Undang Dasar 45, Angel kamu sebagai pembaca Doa, Kusmiran kamu sebagai Pembaca Pancasila, Sehat kamu sebagai Pemimpin Upacara, Amir, Indra dan Indah sebagai pengibar bendera, saitoh sebagai dirigen. Sisanya jadi paduan suara." Ujar Bu Sri menjelaskan secara rinci ketika kami sudah masuk ke dalam kelas untuk memulai pelajaran. Aku, Sehat, Angel, Amir dan Kusmiran saling berpandangan sambil tertawa cekikikan karena tidak menyangka Bu Sri memilih anak anak yang terkenal paling bandel di sekolah. Kami berlima selalu bersama, tidak ada hari tanpa keriuhan dan kenakalan kami di sekolah. Walaupun memang tidak membahayakan teman teman yang lain, tapi kami terkenal memang susah diatur. Karena terlihat kami selalu bersama timbullah sebutan kalau kami membentuk sebuah gank. Walaupun kami tidak tahu apa artinya sebuah gank, atau apalah sebutannya namun kami biarkan saja biar di sebut keren.
"Ketika jam pelajaran ibu setiap hari Selasa, Rabu dan Jumat, kita latihan selama satu Jam pelajaran," lanjutnya sambil memperhatikan deretan tempat aku duduk dan gank, dengan sorot pandang tajam. Menyiratkan kepada kami bahwa apa yang di tugaskan kepada aku dan gank adalah hal yang penting dan bukan main-main.
"Biasanya latihan hanya 2 kali untuk kelas lain tapi kali ini latihan sampai 3 kali. Kemungkinan bu Sri tidak percaya kalau acara akan berlangsung sukses dengan anak-anak bengal di dalamnya, he he he." Pikirku sambil tersenyum terkekeh.
Setelah bu Sri keluar dan di gantikan dengan guru yang bertugas untuk mengajar, aku dan gank sepakat untuk kali ini menerima tugas tantangan Bu Sri dengan serius.
"Demi nama kelaslah, kali ini serius ya," ujarku kepada teman-temanku. Mereka pun hanya tertawa dan mengacungkan jempolnya kepadaku.
Latihan pertama...
Sangat jauh dengan yang namanya sukses...Sehat sebagai pemimpin upacara belum lantang berteriak memberi aba-aba dan belum berdiri tegas seperti layaknya pemimpin upacara. Amir dan teman-temannya sesama pengibar bendera, belum kompak dalam baris berbaris dan masih terbalik mengibarkan bendera. Tiba giliranku berlatih membaca undang-undang dasar, namun ketika mengayunkan mapnya kedepan untuk di baca malah terlempar karena peganganku longgar dan agak sedikit grogi. Hal tersebut kontan membuat bahan tertawa-an bagi teman kelasku.
Lain halnya dengan Kusmiran sebagai pembaca Pancasila, tampak terbata-bata kerena grogi dan pengucapan huruf "R" menjadi "L" pun sangat kentara. Sedangkan Angel tampak sedari tadi gelisah, mungkin takut di tertawakan seperti aku dan Kusmiran atau memang gak kuat berdiri.
"Kenapa Ngel?" Gak kuat berdiri ya? Gelisah amat, santai saja lah..."
"Gak...gak apa-apa kok," ujarnya sampai berkeringat banyak dan menggoyang-goyangkan badannya.
Cukup di maklumi kalau kami selama ini tidak disiplin dan terbiasa, karena setiap upacara kami selalu berdiri paling belakang. Kalau tidak ada pengawas kami pun bergerombol ngobrol dan duduk menggelepok di rumput lapangan upacara.
Tiba giliran Angel akan membaca doa, maju satu langkah dan mengambil map lalu mengacungkan tangannya kedepan untuk membuka map, namun tiba-tiba terdengar, "tuuuuuut, pret pret...pelan tapi jelas," asalnya dari bagian belakang bawah tubuh Angel. Kami pun teman yang berdiri paling dekat pun langsung bubar.
"Bu, maaf aku permisi dulu...udah keluar bu," ujar Angel sambil tangan kanan memegang perut dan tangan kirinya memegang belakang celananya. Lalu tanpa menunggu aba-aba persetujuan dari bu Sri, Angel pun lari tunggang langgang menuju kamar kecil.
Akhirnya latihan pertama sukses di bubarkan. Namun keputusan bu Sri tetap pada tempatnya, kami tetap menjadi petugas Upacara Senin nanti.
Selepas sekolah, ku lemparkan sepatuku di tumpukan sepatu-sepatu lainnya di rak penyimpanan. Hari ini sangat panas sekali, sinar matahari sangat menyengat kulit dan kepalaku ketika latihan upacara tadi dan hampir satu jam di lapangan sekolah untuk berlatih. Aku mengutuk habis-habisan keputusan bu Sri, untuk berlatih langsung di lapangan sekolah pas jam akhir menjelang pulang sekolah. Jam-jam tersebut matahari sangat hot-nya menyinari ubun-ubun kepala kami. Ketika sampai di kamar, Aku letakkan tas sekolah di atas meja belajar, lalu membuka botol air mineral yang ku ambil dari dalam lemari es. Segarnya air mengalir ke kerongkongan dan mengademkan tubuhku yang kegerahan, lalu rebah ke dalam pelukan bantal dan kasur sambil melepaskan penat dan lelahnya tubuhku yang masih bersimbah peluh tanpa mengganti baju seragam sekolah. Aku edarkan pandangan mataku ke seluruh dinding kamar yang berlapis cat krem.
“Dari dulu pengen pasang poster, tapi was was papa dan mama pasti marah," pikirku, sambil pikiranku menerawang ketika minggu kemarin pulang dari kursus bahasa Inggris untuk mampir ke tukang jualan poster. Tapi tidak jadi membeli karena khawatir, begitu juga teman-temanku yang lain. "Padahal ada logo Bon jovi dan Gun's n Roses dengan gambar tengkorak di kelilingi bunga." Pikirku dengan rasa sesal yang timbul, karena khawatir pasti sudah di ambil orang.
Tapi tiba-tiba aku teringat terhadap salah satu poster yang lama aku pandangi ketika minggu kemarin dan aku beli beberapa hari yang lalu ketika pulang dari kursus. Poster tersebut bergambar pesawat tempur yang ikut serta dalam Perang Dunia ke dua. Aku sebenarnya sudah mendeklarasikan kepada orang tua ku bahwa aku bercita-cita untuk menjadi Pilot pesawat tempur AURI. Cita-cita tersebut memang terus mempengaruhiku, setiap ada gambar pesawat tempur di koran ataupun majalah, aku pun mengguntingnya lalu ku buat kliping sebagai hobi koleksi. Akhirnya aku putuskan untuk membelinya besok hari ketika jadwal kursus. Aku akan coba untuk menempelkannya di dinding. Mudah-mudahan diijinkan, jika tidak bermasalah, akan aku penuhi lagi dinding kamarku dengan poster lainnya.
"Terpenting tampak rapi dan tidak berantakan," pikirku sambil tersenyum. Ku coba untuk bangun untuk menghidupkan radio tape untuk mendengarkan hiburan dari lagu-lagu yang di putar pada frequensi program radio kegemaranku, “sebagai teman pelepas penat.”
"Akhirnya kesampaian juga aku menempelkan poster ini," pikirku sambil memandangi poster dengan gambar pesawat tempur lama yang berpartisipasi dalam Perang Dunia kedua tertempel di dinding dekat meja belajarku.
Sore nya, mamaku masuk ke kamarku untuk memasukkan pakaian yang telah rapi di setrika.
"tidak ada komentar apa pun." Begitu juga papaku yang mengingatkan ku untuk Salat Magrib pun hanya melihat dan tidak berkomentar apapun.
"Aman," pikirku sambil tersenyum dan rebah di atas tempat tidurku. Malam ini kucoba untuk tidur, terbayang bahwa esok hari akan ada latihan kedua dalam kondisi di bawah sinar matahari yang panas terik. Ku hembuskan napasku dengan pelan berusaha untuk membuang pikiran rasa malas karena membayangkan latihan tersebut,"pengalaman untukku menjadi petugas upacara," pikirku sambil imajinasiku kembali berkelana membara di alam khayal yang luas.
Latihan Kedua...
Sedari pagi aku mendengar dari pembicaraan amir semenjak di tunjuk jadi petugas selalu berlatih baris berbaris di kamar. Hasilnya lumayan ada kemajuan tinggal kekompakan dalam pengerekan bendera dan mengingat trick supaya bendera ketika di tarik tidak berlipat ataupun terbalik.
Hal tersebut memenuhi harapan bu sri di awal latihan yang sudah wanti-wanti mengingatkan kembali akan kesiapan kami berlatih.
"Tolong pastikan bahwa hari ini kalian siap berlatih serius. Anggap bahwa tidak ada yang menyaksikan dan hanya ada kalian sendiri yang ada di lapangan ini," serunya berusaha menyarankan supaya kami tidak grogi.
"Angel, Aan, Kusmiran, sudah tidak ada rasa pengen buang air kecil atau air besar? Sehat lantangkan lagi suaranya...badan besar tapi suaranya kaya perempuan. Berdiri yang tegap dan penuh wibawa, ingat...kamu itu pemimpin upacara." Lanjut nasehatnya ketika akan membuka latihan. Matanya dengan tajam terus memandangi kami berlima, seakan-akan mau memakan kami bulat-bulat.
Hasilnya memang lumayan sukses dengan beberapa kritikan. Suara kami bertiga ketika jadi pembaca kurang lantang. Sehat masih salah dalam posisi berdiri dan sering lupa kata-kata untuk aba-aba. Seperti kali ini ketika ia memasuki lapangan langsung menghadap membelakangi peserta Upacara. Seharusnya ia menghadap peserta dan di beri hormat terlebih dahulu baru berbalik. Memberi laporan untuk pelaksanaan Upacara kepada pembina Upacara, berjalan terlalu dekat dengan pembina.
"Sekalian aja bisik-bisik aja Sehat laporannya gak usah teriak," teriakku bercanda sambil tertawa namun segera ku hentikan karena bu Sri menatap dengan melototkan matanya ke arahku.
"Kepada Bu Sri Hormaaaaaat grak," aba-abanya Sehat ketika pembina upacara yang di misalkan bu Sri memasuki tempat upacara.
"Lapor Upacara Bendera Hari Senin Tanggal 11 Desember 1990 di lanjutkan," teriaknya lantang dan salah ucap.
"Kepada Sang Saka Merah Putih hormaaaaaaaaaaaaaat...." Aba-aba sehat tanpa ada grak. Otomatis membuat rancu aba-aba tersebut.
Walaupun belum terhitung sukses namun membuat bu Sri masih bisa tersenyum ketika menutup latihan. Kali ini ia juga bersyukur bahwa bisa menutup latihan kedua dengan baik dan tidak seperti hari pertama latihan. Secara keseluruhan masih ada kata-kata pujian yang ia ucapkan. "Syukurlah," pikirku lega dan mengharapkan cepat-cepat untuk meninggalkan lapangan karena kerongkonganku kering, perut yang lapar dan kaki yang sudah pegal berdiri.
Menjelang akhir minggu, kamar ku pun sudah penuh dengan poster yang aku sukai. Sebenarnya tidak terlalu penuh, hanya sebagian saja dengan modifikasi seperti membentuk sebuah variasi seperti bulatan dengan poster-poster yang aku gunting dan susun kembali. Dinding satunya dengan gambar tengkorak guns n roses lalu sekelilingnya melingkari dengan logo Bon Jovi, Van Hellen, serta logo lainnya. Tidak ada tanggapan dari orang tuaku, mereka hanya diam dan tidak berusaha menghalangi tindakan kreatifku. Ketika teman-temanku berkunjung ke kamarku mereka terkagum-kagum memandangi hasil kreasiku.
"An, kreatif juga...tapi kurang satu fotoku kok gak di pajang," ujar Kusmiran sambil nyengir.
"Dipasang Kus di kamar mandi untuk ngusir tikus," pikirku sewot
"Memang bisa An, foto kita untuk ngusir tikus?." Tanya sehat tampak serius
"Coba saja Sehat, siapa tau sukses," jawabku acuh tak acuh sambil menggunting beberapa poster untuk variasi dinding ku yang lain. Alhasil keesokan harinya orang tua sehat geger karena menemukan foto diri sehat tergolek di dalam kamar mandi.
Latihan ketiga...
Bisa terbilang sukses dan dinyatakan kami siap tayang untuk Upacara Bendera senin. Kesalahan kecil hanyalah penyesuaian tempo penaikan bendera dengan lagu yang di nyanyikan paduan suara. Alhasil latihan kali ini tidak terlalu lama dan bu Sri pun tampak tersenyum puas melihat hasilnya. Namun ia masih wanti-wanti untuk pelaksanaannya tidak boleh berubah sesuai latihan hari ini. Ia minta kami maksimal senin nanti.
"Kita lihat nanti bu Sri, yang pasti ijinkanlah kami untuk segera pulang." Pikirku dengan tidak sabar. Seperti hari sebelumnya, latihan masih di bawah sengatan sinar matahari yang terik. Namun kali ini lebih terik dari hari biasanya.
Namun siang ini kejutan menghampiriku. Papaku membelikan sepeda BMX dengan tujuan agar aku bisa bermain dengan leluasa menghampiri teman-temanku yang lain. Harapan lain dari papaku adalah supaya aku bisa lebih berprestasi lebih baik supaya bisa memasuki sekolah favorit di kotaku.
"Aan berjanji yah, untuk lulus dengan predikat baik dan bisa masuk SMP NEGERI," teriakku berjanji. SMP NEGERI merupakan sekolah Menengah Pertama Negeri Favorit di kotaku. Setiap orang mengenal disiplin, kualitas dan lengkapnya fasilitas yang di miliki oleh sekolah tersebut. Sehingga tidak heran aku pun sudah mengimpikan untuk bersekolah di tempat tersebut.
Sepeda ini masih di lengkapi dengan roda kecil bantuan di samping kiri dan kanan, maklumlah aku belum bisa naik sepeda sebelumnya. Sepanjang sore dan hari minggunya aku pun belajar bersepeda dengan di bantu oleh papa dan teman-temanku. Teman-teman satu gank ku pun pada akhirnya ingin di belikan sepeda dan sedang dalam proses pengajuan...he...he...he. Karena keuletanku belajar pada akhirnya minggu sore pun aku sudah bisa mengendarai sepeda tanpa menggunakan roda pembantu lagi.
"Mungkin terlalu cepat tapi kita lihat hasilnya besok sore ketika pulang sekolah."
Senin pagi upacara Bendera pun di adakan dengan yang bertugas adalah dari kelas kami 6C. Baju yang kami kenakan adalah baju panjang putih dan celana pendek putih. Menurut mama sih aku tampak ganteng pagi ini
"He...he...he sudah dari sono nya". Semuanya berjalan lancar tanpa ada kesulitan sampai pada akhir Upacara.
Aku dan gank ku pun sudah menunaikan tugas dengan baik kali ini. Hilang sudah cap bandel dari diri kami, maklumlah kami merupakan anak-anak yang paling sering di hukum. Kepala sekolah pun menyanjung kami sebagai anak-anak yang sudah bertobat dan patut di contoh oleh anak bandel lainnya
"Hm...ya barangkali." Pikirku dengan tersenyum.
Bu Sri pun menyalami kami setelah upacara selesai dan mengucapkan selamat kepadaku dan gank. Namun hal itu tidak berlangsung lama, siangnya kami pun berulah kembali dengan bermain basket di dalam kelas hingga menghantam pas bunga di atas meja guru dan memecahkan pigura kaca yang tertempel di dinding.
"Kalian lagi...kalian lagi...kapan mau berubah ya, duch...ampuuuuuuun." Seru bu Sri menggeleng-gelengkan kepala pasrah dan seperti menyerah atas kenakalan kami yang tidak pernah diam berulah.
Kali ini pun hukumannya kami di suruh membersihkan kamar mandi sekolah.
"Waduuuuuuh," pikirku sambil menggeleng-gelengkan kepala, bertambah berat hukumannya. Namun mau gak mau pun hukumannya kami jalankan dengan membagi tugas.
Selepas pulang sekolah, tanpa berganti pakaian aku pun langsung tancap gas kembali bersepeda.
"An, ganti baju dulu dan makan siang, nanti kotor dan kamunya sakit lagi." Seru mama menasehati. Namun aku pun pura-pura tidak mendengar. Sampai ketiga kalinya mama pun mengingatkan dengan terakhir kalinya dengan nada keras dan marah. Aku pun hanya tersenyum dan tertawa sambil menjawab."Nanti mah sedang tanggung." Seraya bergerak menjauh dari rumah menuju ujung kali didekat jalan besar.
Ketika sedang mau membelok dan akan kembali ke rumah dari ujung kali, aku pun ceroboh tidak mengurangi kecepatan. Alhasil aku pun masuk ke kali dan terjun bebas ke dalamnya,"byuuuuuur."
Untungnya kali nya pun dangkal dan hanya selutut di karenakan sedang musim kemarau. Namun tubuhku basah dan di penuhi dengan lumpur. Sedangkan sepedaku terbenam masuk ke dalam lumpur. Mama yang sedari tadi memperhatikan panik menjerit dan membuat hampir seluruh penduduk kampung keluar dan menolongku. Aku pun hanya bisa menangis malu karena yang menyaksikan seluruh orang kampung.
"Ma, kalau panik jangan menjerit dong, malu aannya sama orang kampung." Ujarku ketika di mandikan dan di bersihkan mama. Mama pun mencubit pahaku dengan berbagai nasehat yang keluar dari mulutnya.
"Aduuuuh," meringis kesakitan menahan cubitan mama yang kesal karena tidak mengikuti nasehatnya.
Tidak lama gank ku pun hadir karena mendengar cerita dari Angel yang tinggal sebelah rumahku. Alhasil aku pun menjadi bahan tertawaan mereka.
"Bagaimana an, dapat kodoknya?" Ujar kusmiran sambil tertawa
"Bukan kodok kali kus, ikan betok kali ya" ujar Amir yang kali ini ikut mengeroyokku untuk mentertawakan. Sedangkan Angel yang menyaksikan aku jatuh dan sedari tadi terus tertawa terpingkal-pingkal melihat keadaanku kala itu. Sampai saat ini pun tidak berhenti bercerita kepada gank sambil tertawa mengolok-olokku.
"Baju dan Celana putih aan berubah jadi hitam termasuk mukanya, seperti orang hutan saja," seru Angel seru bercerita sambil tertawa.

Aku pun hanya mendengarkan dan berbaring pasrah di keroyok oleh teman-temanku. Namun memang kondisiku saat itu langsung berubah drastis, malamnya aku pun langsung panas tinggi dan sering muntah-muntah. Ada rasa sakit di bagian perut atasku, kembung dan sedikit kencang, malam itu pun aku langsung di antarkan ke UGD. Vonis sementara aku menderita penyakit tiphus/tipes. Malam itu pun aku sudah menginap di rumah sakit dengan impus ditangan, tanpa sadar dengan demam tinggi.

No comments:

Post a Comment

POTRET SENJA SEORANG PAK WARNO