Bintang di Tengah Malam

 

Di sebuah hutan rimbun yang dikelilingi oleh gunung dan sungai yang jernih, hiduplah seekor burung hantu bernama Lila. Lila bukanlah burung hantu biasa; ia memiliki impian besar untuk menjadi penyanyi terkenal di seluruh hutan. Suaranya merdu, tetapi Lila sering merasa rendah diri. Ia mengamati teman-temannya, seperti Si Kucing Momo yang selalu percaya diri dan Si Singa Riko yang tampak berani.

Suatu malam, ketika bulan bersinar terang, Lila duduk sendiri di dahan pohon besar, meratapi ketidakpastiannya. Ia mendengar suara Momo dan Riko sedang berdiskusi di bawah.

“Mengapa Lila tidak pernah bernyanyi di depan umum? Suaranya luar biasa!” tanya Momo.

“Aku rasa, dia takut. Takut gagal. Kita semua butuh dukungan, kan?” Riko menjawab dengan bijaksana.

Mendengar percakapan itu, Lila merasa tersentuh. Di satu sisi, ia merasa termotivasi untuk keluar dari cangkangnya, namun di sisi lain, rasa takut terus menggerogotinya.

Keesokan harinya, Riko mengundang seluruh hewan di hutan untuk mengadakan pertunjukan. Lila merasa gelisah saat mendengar tawaran itu. Dia memilih untuk berbicara dengan Momo.

“Momo, aku ingin bernyanyi, tetapi aku takut. Bagaimana jika suaraku tidak cukup baik?” Lila mengucapkan kata-kata itu dengan suara bergetar.

“Lila, ingatlah bahwa keberanian tidak berarti tidak merasa takut. Keberanian adalah melakukan apa yang kamu inginkan meskipun kamu merasa takut,” jawab Momo dengan percaya diri.

Lila berpikir sejenak, “Mungkin kamu benar, Momo. Keberanian bukan hanya tentang suara, tapi juga tentang hati.”

Hari pertunjukan tiba. Semua hewan berkumpul dengan semangat. Riko memulai acara dengan suara yang menggema, dan semua hewan bersorak sorai.

Ketika gilirannya tiba, Lila merasakan degup jantungnya berlari kencang. Dia naik ke panggung kecil yang dibuat dari kayu, melihat ke sekeliling dan melihat senyuman Momo dan Riko. Dengan napas dalam, dia mulai menyanyi. Suaranya melengking lembut, menembus malam yang sunyi. Semua hewan terpesona, dan Lila merasakan energi positif dari para pendengar.

Setelah lagu terakhir, kegembiraan memenuhi udara. Semua hewan bertepuk tangan, dan Lila merasa seperti Bintang di Tengah Malam. Di situ, ia merasakan motivasi intrinsik, dorongan dari dalam dirinya yang membuatnya berani untuk menunjukkan bakatnya.

Namun, saat semua hewan merayakan, Lila masih ingat rasa takut yang pernah menghalanginya. Ia menoleh kepada Riko dan Momo, “Terima kasih atas dukungan kalian. Tanpa kalian, aku mungkin tidak akan berani bernyanyi.”

Riko menjawab, “Kita semua memiliki potensi yang luar biasa, Lila. Jangan pernah biarkan ketakutan menghalangi impianmu.”

Malam itu, Lila belajar bahwa motivasi juga datang dari luar, dari dukungan teman-teman yang percaya padanya. Dia pulang dengan penuh percaya diri, bertekad untuk terus bernyanyi. Dalam hatinya, ia tahu bahwa motivasi haruslah seimbang—antara dorongan dari dalam dan dukungan dari luar.

Dengan semangat baru, Lila berjanji untuk tidak hanya menjadi penyanyi terkenal, tetapi juga untuk membantu hewan-hewan lain menemukan keberanian mereka, menjadi bintang di tengah malam, seperti dirinya.

Setiap malam setelah itu, Lila dan teman-temannya berkumpul untuk bernyanyi, tertawa, dan saling mendukung. Hutan itu menjadi lebih hidup, dan Lila merasa bahwa impian bukan hanya dilahirkan dari bakat, tetapi juga dari spirit kolaborasi dan saling memberi dukungan, sehingga menjadikan dunianya lebih cerah.

**Pesan Moral:** Impian dapat terwujud ketika kita memiliki motivasi, baik dari dalam maupun dari luar. Setiap individu punya potensi; yang diperlukan hanyalah keberanian untuk beraksi dan dukungan dari orang terdekat.

Comments

Popular posts from this blog

AAN KECIL “UPACARA BENDERA”

AAN KECIL “BELAJAR RENANG”

AAN KECIL “NAKALNYA BURUNGKU”