Iklan

Wednesday, October 6, 2021

DONGENG MERPATI MAS DAN MERPATI PERAK DALAM CERITA TUAN PUTRI DIDALAM KULIT MUTIARA Bagian Keenam




Pagi-pagi benar kedua kakak beradik tersebut sudah berada didalam hutan yang mereka tuju. Sambil melepas penat mereka merebah kan diri dan duduk ditempat tersembunyi yang sekiranya Merak Mas tidak menyadari kehadirannya. Akhirnya Merak itu pun menunjukkan diri, Merpati Mas dan Perak pun sangat takjub akan penampilan burung Merak tersebut, sebelumnya mereka tidak menyadari akan penampilan Merak tersebut. Bulunya bersinar dan berwarna laksana Emas, Matanya seperti Jambrut, kakinya seperti besi Nursani, Sisiknya lebih berkilau dibanding Merak yang lain. Kedua saudara tersebut sudah tidak tahan lagi untuk menangkap Merak tersebut, mereka pun akhirnya keluar dan berlarian mengejar. Merasa dirinya dikejar oleh manusia, maka terbanglah ia sambil berpantun,

Beli Setanggi di jalan raya
Bukan setanggi menjadi dupa
Diwaktu pagi sudah sedia
Bukan kemari mencari apa
Daun kuini diatas tilam
Ubur ubur berpasangan
Kalaukan ini yang semalam
Yang tidurnya itu kesiangan

Mendengar hal tersebut Merpati Emas pun menjadi marah, ia pun berkata,

“Ya Adinda, pegatlah disebelah sana,” Seru Merpati Emas kepada Merpati Perak, ia pun segera memegat merak tersebut yang terkurung di tengah. Segeralah Merpati Mas Melompat menangkap Merak tersebut, terbanglah lagi merak tersebut agak menjauh sedikit sambil berpantun,

Pada patik jangan dilontar
Mari mengikut patik sebentar
Patik tunjuki tiada tersasar
Tempat mutiara yang amat sukar
Janganlah tuan suka memikat
Baik dihitung jalan dan tingkat
Jikalau sudah hatinya lekat
Niscaya mutiara tuanku dapat

Merpati mas pun terdiam dan mengerti apa yang dimaksudkan oleh Merak tersebut. Mereka pun mengikuti arah terbangnya Merak tersebut. Maka terbanglah Merak tersebut ke negeri yang sudah binasa. Rasa penasaran yang timbul dihati Merpati Mas terhadap merak tersebutlah yang akhirnya ia dan adiknya mengikuti tujuan terbang Merak tersebut. Sampai pada akhirnya mereka merasa sangat kelelahan dan berhenti untuk menghilangkan rasa penat. Merak pun melihat kedua kakak beradik tersebut, akhirnya ikut beristirahat menunggu rasa penat dan kelelahan kedua kakak beradik tersebut hilang. Setelah merasa melihat kedua kakak beradik tersebut sudah segar kembali, Merak pun kembali berpantun,

Pada patik mari diikut
Dapat mutiara yang tiada patut
Jangan tuanku buat takut
Bukan di negeri bukan dilaut
Mutiara itu tempatnya gampang
Janganlah tuan buat selempang
Ikut patik jangan menyimpang
Patik tunjuki dengan hati lempang

Maka terbanglah kembali merak tersebut dengan diikuti kembali oleh kedua kakak beradik tersebut. Jikalau mereka capai, Merak pun ikut berhenti sambil mendekati kedua kakak beradik tersebut sambil kembali berpantun,
Pada tuanku kalaukan ada pernah
Pada tuan patik sangat sederhana
Dengan tuanku yang amat sempurna
Tiada bandingan kuliling tanah

Diusirnya merak itu pun dengan maksud agar kembali terbang dan mereka pun mengikuti arah terbangnya merak tersebut. Ingin rasanya Merpati Mas melempar batu terhadap Merak tersebut dan sudah pastilah kena dan mati, namun rasa penasaran yang membuat ia mengurungkan niatnya tersebut dan kembali mengikuti arah terbangnya merak tersebut. Namun yang namanya merak, terbangnya pun sangat pendek dan mudah diikuti, oleh karena itu lah mereka tidak pernah kehilangan jejak sedangkan merak pun juga bisa memperhatikan kalau ia sudah diikuti oleh kedua kakak beradik dan tau kapan mereka beristirahat.

Akhirnya mereka sampailah pada pinggiran negeri. Merpati Mas dan Perak sangat heran melihat tanah yang sangat luasnya tapi tanpa adanya pohon ataupun sebuah rumah pun. Akhirnya mereka pun timbul penasaran akan luasnya padang tersebut dimana ujungnya, ditambah rasa penasaran terhadap arah tujuan merak yang mereka ikuti. Sampai pada akhirnya mereka sampai pada sebuah kolam taman yang didalamnya terhadap putri.

Merpati Mas dan Perak sangat heran karena disekeliling kolam tersebut banyak orang yang berkerumun dan membuka baju hendak turun kedalam kolam tersebut. Kebanyakan dari mereka adalah anak anak raja dilihat dari pakaian yang dikenakan. Merpati Mas pun bertanya kepada kerumunan orang tersebut,

“Ya tuan tuan, ada apa gerangan yang dilakukan?”
“Ada seekor Merak Mas mengatakan bahwa didalam kolam ini ada mutiara yang isinya tuan putri,” Sahut salah satu orang tersebut menjawab.
“Siapakah empunya anak tersebut dan anak raja manakah ia, jikalau bisa diambil mutiara tersebut, kemanakah putri tersebut akan diberikan serta apa imbalannya? Tanya Merpati Mas.

Merak Mas yang mendengar pertanyaan Merpati Mas pun akhirnya menjawab dengan pantun,

Ya tuanku baiklah tuanku berhenti
Tiada tuanku dapat patik biar sampai mati
Sekalipun tuanku sakti
Kata patik baik diikuti
Mengusir patik baik diberhentikan
Supaya patik dapat katakana
Tuan putri dalam mutiara hamba ceritakan
Inilah negerinya yang sudah dibinasakan
Rajanya didalam negeri
Hanya hidup seorang diri
Semuanya binasa kanan kiri
Hingga sepohon kayu tiada terdiri
Rajanya itu sudah pergi
Pada negerinya tiada mau tinggal lagi
Sebab sudah binasa banyak rugi
Sebab permaisuri mati di maligai tinggi

Negeri Binasa datang air
Terlalu besar dan terlalu banjir
Tuan putri kurang piker
Masuk dikulit mutiara tiada tertaksir
Tuan Putri Budi Wangi itu tuan beta
Sangat disayang sangat dicinta
Hidup dikulit mutiara dengan serta
Kedua dayang dayang bersama rata
Sebab negerinya haru hara
Tuan Putri masuk dalam mutiara
Jadi sekarang patik buat sayembara
Siapa yang dapat itulah isterinya segera

Jikalah dapat mutiara itu
Dapatlah patik ditangkap tentu
Dapat diperistrikan oleh disitu
Dinegeri ini duduk jadi peratu
Padang ini boleh dijadikan negeri
Jikalau dapatlah tuan putrid
Hamba pun  hendak menyerahkan diri
Bolehlah duduklah laki istri
Siapa yang dapat dia yang punya
Sama sekali seantero negerinya
Diri hamba pun patik serahkan
Jangan tuanku takut tiadalah di perdayakan

Setelah kedua kakak beradik tersebut mendengar pantun Merak Mas tersebut, maka bersuka rialah hati mereka. Segeralah mereka bersiap siap untuk turun ke dalam kolam tersebut. Mereka bargabung dengan anak anak raja lainnya yang akan siap siap bergantian berenang dan menyelam mencari Mutiara tersebut.

Adapun diceritakan bahwa didalam kolam tersebut ada seekor ular berbisa yang amat besarnya. Namun ular tersebut berada didalam sebuah lobang, ia tidak bisa keluar dari dalam lubang tersebut dikarenakan perutnya besar dan panjang. Hanya kepalanya saja yang bisa keluar dari lubang tersebut.

Kolam tersebut sangat dalam, banyak para anak raja yang menyelam sampai kebawah namun tidak sampai karena sudah kehabisan nafas. Salah satunya adalah Maharaja Cancabu Terna yang mencoba menyelam sampai beberapa kali dan ia pun kehilangan nafas serta segera muncul ke permukaan. Ia pun di tertawakan oleh anak anak raja lainnya sambil naik ke darat. Kemudian turunlah anak raja lainnya yaitu Raja Dangga Mala dari kerajaan negeri Kanca Surna, ia membawa menteri empat orang. Ia pun membuka baju dan menyuruh menterinya untuk memegang baju dan kainnya. Turunlah ia dan menyelam sampai bebatuan tempat Ular besar tersebut berada. Ia pun menjadi santapan ular tersebut dan dibawa masuk kedalam lubang.

Orang orang yang berada diatas lama menanti dan menjadi kesal, sehingga akhirnya turunlah 2 orang anak raja Buwanda Nari dan  Ngalangsa Kara. Mereka bersama sama menyelam, namun tidak lama kemudian kedua orang tersebut segera muncul ke permukaan karena tidak tahan nafas dan naik sambil tertawa tawa.  4 orang kemudian turun yang datang bersama hulu balang yang memegang baju mereka. Mereka adalah Tunca Wasi, Talala Saca, Banca Wangi dan Warta Nali. Mereka berenang dan menyelam dengan riangnya, namun tidak beberapa lama mereka pun muncul dengan muka merah dan dari hidung keluar air ingus encer karena tidak tahan nafas. Salah satunya berkata,

“Merak itu pasti berdusta pada kita,” Sahut salah satu dari mereka.

Merak pun menjawab

Masakan hamba berdusta
Coba lihatlah dua mata
Asal kulitnya saja dapat serta
Jikalau tiada ada putri dapatlah beta
Jikalau tiada orang didalamnya
Niscaya hamba akan gantinya
Sekalipun tiada ada putrinya
Dapatlah hamba sangat mujurnya

Maka merak pun terbang pada tepi kolam untuk melihat apakah kulit mutara masih ada di dalam kolam. Anak raja bernama Ngarba Sajri pun melihat sungguh masih ada dan membuka pakaiannya sambil berkata,

“Nantilah aku yang pandai menyelam , lihatlah aku,” serunya sambil terjun menyelam, namun tidak timbul kembali karena telah menjadi santapan ular besar.

Turunlah anak raja Sajuri Boga kedalam air, sama seperti anak raja lainnya ia pun tidak kuat nafasnya, hingga beberapa kali mencoba dan hampir tenggelam karena terminum banyak air dan tidak bisa bernafas. Maka bersorak soraklah anak anak raja serta para rakyat yang menonton. Banyak anak anak raja yang tidak mendapatkan mutiara tersebut dan sebagian juga sudah mati karena dimakan oleh ular kolam tersebut. Sebagian lagi menjadi sakit dan pilek. Mereka pun menyuruh para hulubalang, punggawa mereka untuk menyelam kedalam kolam, namun tidak ada satupun yang dapat.  

Pada saat itu, Merpati Mas menyaksikan apa yang tengah terjadi, lalu Ia berkata kepada adiknya,

“Ya Adinda, sekarang kakanda hendak mencoba terlebih dahulu , barulah adinda. Sekarang tolong pegangkan pakaian punya kakanda,” seru Merpati Mas sambil melepaskan baju hingga hanya tertinggal celana pokek (celana pendek yang sering dipakai oleh orang desa) atau celana kutung. Segera dibukanya juga sabuk ikat pinggangnya , ujungnya di berikan pada tangan Merpati Perak dan ujungnya dipegang oleh Merpati Mas, ia pun berkata,

“Ya Adinda, Jika kakanda menyelam jangan ditarik, ulurkan saja, sampai pada saat kakanda menarik ikat pinggang ini tiga kali, segara adinda tarik sabuk kakanda,” Maka menurutlah Merpati Perak apa yang kakandanya katakan.

Merpati perak pun mengulurkan talinya mengikuti petunjuk kakandanya. Maka merpati emas pun menyelam sampai beberapa lama sehingga disangka oleh semua orang kalau Merpati Emas sudah mati. Padahal merpati emas sudah mendapatkan kulit mutiara. Kulit mutiara itu ia pukulkan ke kepala ular lalu ditariknya kepala ular tersebut sampai putus dan berhamburanlah darah merah ular tersebut sampai naik ke permukaan. Berdebarlah semua para anak raja menyaksikan hal tersebut, apalagi Merpati Perak, dengan perasaan berdebar, ingin rasanya menyelam untuk menyelamatkan kakandanya, namun nasehat dari kakaknya menyuruh ia untuk menunggu sedikit lagi. Orang orang disekeliling kolam pun berteriak kalau Merpati Mas dimakan oleh binatang air dan sudah mati.

Namun tali yang dipegang oleh Merpati Perak memberi isyarat tiga kali, senanglah hati Merpati perak akan tanda tersebut, nyatalah masih hidup saudaranya itu, maka segeralah ia menarik ujung sabuk dan timbullah Merpati Mas dengan tertawa sesuka hatinya dan melemparkan kepala ular ke tepi kolam serta dengan membawa kulit mutiara. Anak anak raja segera mengelilingi Merpati Mas dan Perak. Merpati mas pun berpakaian kembali dan meletakkan kulit mutiara tersebut. BERSAMBUNG

No comments:

Post a Comment

POTRET SENJA SEORANG PAK WARNO