Iklan

Monday, October 4, 2021

DONGENG MERPATI MAS DAN MERPATI PERAK DALAM CERITA TUAN PUTRI DIDALAM KULIT MUTIARA Bagian Kelima




Cerita Bersambung Episode Kelima
Merpati Perak memenangkan Pertandingan


Sebermula Bujangga tala dan sekar harum sangat cemas menanti pulangnya anak anak mereka, karena sudah dua hari mereka tidak pulang kerumah. Mereka sangat khwatir takut kalau anak anak mereka di bunuh oleh orang. Saking khawatirnya Sekar harum pun menangis, Bujangga tala yang melihat istrinya menangis, berusaha untuk memenangkannya,

“Ya Adinda, janganlah khawatir, mereka anak laki-laki dan sudah dewasa. Mereka juga sudah dibekali dengan doa doa ku selama mereka dikandungan dengan berpuasa tidak makan dan minum supaya mereka selamat. Tidak mungkin mereka bisa di bunuh orang,” Seru Bujangga Tala dengan berkata tenang dan sambil menatap istrinya.

Tidak selang beberapa lama Bujangga Tala menenangkan istrinya, datanglah Merpati Emas dan Perak. Melihat ibundanya bercucuran air mata, berlututlah kedua anak tersebut dihadapan ibunda mereka.

“Ya bunda, usahlah bunda buat selempangan pada patik dan buat khawatir atau buat sangkutan, karena kami ini pergi dengan doa dan ijin dari ayahanda dan bunda, buat apa di khawatirkan?”

Mendengar perkataan dari anaknya terdiam dan tersenyumlah ibundanya. Mereka pun masuk kedalam rumah, sedangkan kedua kakak beradik itu pun membersihkan diri lalu bersama sama bersantap malam dengan bahagia.

usahlah bunda buat selempangan pada patik dan buat khawatir atau buat sangkutan, Maksud yang kami tangkap disini adalah Anaknya berharap bahwa ibunya tidak usah berpikir apapun tentang mereka dan bahwa mereka baik baik saja.

Sementara itu di lingkungan kerajaan, Raja pagi pagi sudah menyuruh rakyatnya untuk mengeluarkan beberapa senapan dari gudang senapan ke alun alun tanah lapang. Di ujung tanah lapang berdiri pilar yang diatasnya terdapat emas yang di buat seperti Bintang Johar. Atas instruksi Raja, bagi rakyat yang bisa menembak tepat ke bintang, maka ia akan mendapatkan penghargaan dari Raja.

Sedangkan di kediaman Merpati Emas dan Perak tengah bersantap pagi, setelah selesai mereka meminta ijin dan berpesan kepada Ayah dan Bundanya,

“Jikalau kami tidak kembali, jangan khawatir, karena kami sedang berburu seeekor Merak yang pandai berkata kata seperti manusia. Jika kami belum mendapatkan merak tersebut, belum senanglah hati kami dan rasa penasaran terus ada.”

Mendengar penuturan anak anaknya, Ayahandanya hanya bisa mengijinkan, terpenting mereka sudah mendapatkan kabar terlebih dahulu dari mereka.




Berjalanlan kedua kakak beradik ini. Dalam perjalanan Merpati emas pun berpikir sebenarnya ingin langsung mencari Merak, namun adiknya kemaren sangat bernafsu terhadap sayembara yang diadakan oleh Maharaja. Maka ia pun bertanya untuk mencari tahu hati adiknya;

“ Manakah lebih baik, mencari merak terlebih dahulu atau bermain sayembara?”.

Merpati Perak pun menjawab,

“ya kakanda, lebih baik kita masuk kerajaan terlebih dahulu untuk bermain sayembara,”

Mengertilah akhirnya Merpati Emas akan kemauan adiknya, karena dari kecil mereka selalu bersama sama, maka diturutilah kemauan adiknya tersebut. Disamping itu juga Merpati Emas selalu teringat akan cerita Ayahandanya tentang Mamandanya yang duduk menjadi raja sebab kedengkian hati dan tidak membela terhadap ayahandanya, takut terjadi hal seperti itu maka ia selalu mengikuti kemauan adiknya. Begitupun Merpati perak juga selalu menjaga hati dan tidak berani untuk menyinggung hati Merpati Emas, begitulah perilaku kedua bersaudara ini.

Sampai di tempat tujuan, terlihatlah senjata yang tersusun teratur dalam beberapa barisan barisan. Arah senapan tersebut terarah menuju ke pilar yang ada Bintang Johar. Setiap orang yang menembak dan tidak kena, maka bersoraklah seluruh rakyat yang menonton. Kedua bersaudara itu pun masuk ke dalam kerumunan rakyat yang akan ikut untuk menembak Bintang Johar tersebut. Semua rakyat, Menteri hulubalang punggawa dan pembesar istana melihat kedatangan kedua kakak beradik yang kemarin ikut sayembara. Sebagian menyingkir karena takut, ada juga yang iri dan dengki karena mereka berdua sangat di perhatikan oleh Raja. Sebagian lagi terpana oleh ketampanan dan kegagahan dari kedua kakak beradik ini.

Diceritakan kedua kakak beradik ini pun ikut mengantri untuk mendapatkan kesempatan memegang senapan untuk menembak bintang Johar. Namun karena sebagian Hulubalang Punggawa masih merasa pongah, iri dan dengki terhadap kakak beradik ini maka kesempatan untuk mendapatkan senjata belum juga mereka dapatkan. Setelah mereka menembak diberikan kepada punggawa dan hulubalang lainnya, sampai pada akhirnya tidak ada satupun pembesar, hulubalang ataupun punggawa yang dapat mengenai bintang johar tersebut. Semua sorak sorai rakyat yang mentertawakan para Hulubalang, punggawa dan para pembesar yang tidak satu pun mampu mengenai bintang johar pun membahana ke seluruh alun alun. Rakyat pun di beri kesempatan untuk menembak dan tetap tidak ada satupun yang dapat mengenai Bintang Johar tersebut.




Pada akhirnyalah, kesempatan itu datang kepada kakak beradik Merpati Emas dan Perak. Merpati Perak memberikan kesempatan kepada Merpati Emas untuk terlebih dahulu menembak.

“Ya kakanda, lebih baik kakanda terlebih dahulu yang menembak,” Seru Merpati Perak sambil mengulurkan senapan yang ia peroleh dari rakyat yang baru saja menembak.

“Baiklah adinda,” seru Merpati Emas, ia pun membidikkan senapan ke arah bintang Johar tersebut.

“Akan ku buat meleset tembakannya, biar kesempatan ini akan didapatkan oleh adikku. Ia sangat mencintai Tuan Putri. Biarlah Adinda yang mengenai bintang Johar ini supaya ia bisa mendapatkan perhatian lebih dari paduka Maharaja Sunca Rama,” Pikir Merpati Emas, maka disengajakanlah tembakannya untuk meleset. Riuh pikuk semua pembesar, Hulubalang dan punggawa serta rakyat yang mentertawakan Merpati Emas lebih riuh dari orang orang lain sebelumnya. Mereka mentertawakan dan bahkan mencibir bahkan ada yang berteriak

“Ternyata belum seberapa pendekarnya, masih sama seperti orang lain,” sambil tertawa mereka mengejek Merpati Emas.

Merpati Emas pun hanya tersenyum dan memberikan senapan kepada adiknya,

“aku pun tidak pandai menembak kak, suruh orang lain saja yang menembak,” Seru Merpati Perak karena sakit hati kakaknya di permalukan dan merasa jemu atas perlakuan semua orang yang ada di alun alun tersebut. Namun karena semua orang yang berada di alun alun tersebut sudah menembak semua dan hanya Merpati Perak yang belum menembak, tidak ada hal lagi selain menembak.

“Kakaknya pun tidak kena apalagi adiknya,” Seru semua hulubalang pembesar Punggawa. Merasa malu di perlakukan seperti itu, maka diambillah senapan tersebut lalu di tembaklah Bintang Johar itu pun sampai hancur berkeping keeping. Dari Bintang Johar yang hancur tersebut keluarlah kembang api bermancur mancuran ke udara, sambil mengelurkan warna warni bermacam macam hijau, kuning merah dan hitam serta merah jambu. Semua orang pun merasa takjub akan pemandangan tersebut serta merasa takluk terhadap Merpati Perak. Tidak pernah terpikirkan oleh mereka ada yang bisa menembak setepat yang di lakukan oleh Merpati perak. Maka dibunyikanlah tambur dan genderang sebagai tanda suka cita bahwa sayembara telah dimenangkan oleh Merpati Perak.

Merpati Perak pun dipanggil oleh Maharaja Sunca Rama dan dianugerahi tanda bintang perak.

“Hai Merpati Perak, hari ini aku anegarahi engkau tanda penghargaan sebagai tanda bahwa kau memenangkan pertandingan menembak. Ini tanda penghargaan paling mulia yang tidak boleh ada orang lain yang memerintah kamu selain aku sebagai raja mu. Jika lau ada orang lain yang memerintah kamu, maka kamu lihatkan tanda ini kepada mereka,” Seru Maharaja.

Diterimanyalah tanda penghargaan tersebut dengan tangan 10 jari dengan khidmat dan penuh bahagia.

“Ya Adinda, sekarang ikutlah kepada kemauan kakanda, karena kakanda sangat menginginkan Merak yang bisa berkata kata seperti manusia,” Seru Merpati Emas

“ Ya Kakanda, baiklah…walaupun Merak itu adalah Merak jadi jadian Iblis atau setan yang bisa menyerupai apa saja, aku tidak akan takut,” Seru Merpati Perak

“Ya Adinda, Walaupun itu iblis atau setan tapi kita melihat merak tersebut siang hari dan nyata bukan jadi jadian. Walaupun belum ketauan itu apa, biarlah kakanda tidak akan pulang ke rumah.”

“Baiklah kakanda, mari kita mencari tahu,” Sahut Merpati Perak sambil berjalan menuju hutan tempat Merak tersebut berada.


Sebermula Bujangga tala dan sekar harum sangat cemas menanti pulangnya anak anak mereka, karena sudah dua hari mereka tidak pulang kerumah. Mereka sangat khwatir takut kalau anak anak mereka di bunuh oleh orang. Saking khawatirnya Sekar harum pun menangis, Bujangga tala yang melihat istrinya menangis, berusaha untuk memenangkannya,

“Ya Adinda, janganlah khawatir, mereka anak laki-laki dan sudah dewasa. Mereka juga sudah dibekali dengan doa doa ku selama mereka dikandungan dengan berpuasa tidak makan dan minum supaya mereka selamat. Tidak mungkin mereka bisa di bunuh orang,” Seru Bujangga Tala dengan berkata tenang dan sambil menatap istrinya.

Tidak selang beberapa lama Bujangga Tala menenangkan istrinya, datanglah Merpati Emas dan Perak. Melihat ibundanya bercucuran air mata, berlututlah kedua anak tersebut dihadapan ibunda mereka.

“Ya bunda, usahlah bunda buat selempangan pada patik dan buat khawatir atau buat sangkutan, karena kami ini pergi dengan doa dan ijin dari ayahanda dan bunda, buat apa di khawatirkan?”
Mendengar perkataan dari anaknya terdiam dan tersenyumlah ibundanya. Mereka pun masuk kedalam rumah, sedangkan kedua kakak beradik itu pun membersihkan diri lalu bersama sama bersantap malam dengan bahagia.

usahlah bunda buat selempangan pada patik dan buat khawatir atau buat sangkutan, Maksud yang kami tangkap disini adalah Anaknya berharap bahwa ibunya tidak usah berpikir apapun tentang mereka dan bahwa mereka baik baik saja.

Sementara itu di lingkungan kerajaan, Raja pagi pagi sudah menyuruh rakyatnya untuk mengeluarkan beberapa senapan dari gudang senapan ke alun alun tanah lapang. Di ujung tanah lapang berdiri pilar yang diatasnya terdapat emas yang di buat seperti Bintang Johar. Atas instruksi Raja, bagi rakyat yang bisa menembak tepat ke bintang, maka ia akan mendapatkan penghargaan dari Raja.
Sedangkan di kediaman Merpati Emas dan Perak tengah bersantap pagi, setelah selesai mereka meminta ijin dan berpesan kepada Ayah dan Bundanya,

“Jikalau kami tidak kembali, jangan khawatir, karena kami sedang berburu seeekor Merak yang pandai berkata kata seperti manusia. Jika kami belum mendapatkan merak tersebut, belum senanglah hati kami dan rasa penasaran terus ada.”

Mendengar penuturan anak anaknya, Ayahandanya hanya bisa mengijinkan, terpenting mereka sudah mendapatkan kabar terlebih dahulu dari mereka.

Berjalanlan kedua kakak beradik ini. Dalam perjalanan Merpati emas pun berpikir sebenarnya ingin langsung mencari Merak, namun adiknya kemaren sangat bernafsu terhadap sayembara yang diadakan oleh Maharaja. Maka ia pun bertanya untuk mencari tahu hati adiknya;
“ Manakah lebih baik, mencari merak terlebih dahulu atau bermain sayembara?”.

Merpati Perak pun menjawab,
“ya kakanda, lebih baik kita masuk kerajaan terlebih dahulu untuk bermain sayembara,”

Mengertilah akhirnya Merpati Emas akan kemauan adiknya, karena dari kecil mereka selalu bersama sama, maka diturutilah kemauan adiknya tersebut. Disamping itu juga Merpati Emas selalu teringat akan cerita Ayahandanya tentang Mamandanya yang duduk menjadi raja sebab kedengkian hati dan tidak membela terhadap ayahandanya, takut terjadi hal seperti itu maka ia selalu mengikuti kemauan adiknya. Begitupun Merpati perak juga selalu menjaga hati dan tidak berani untuk menyinggung hati Merpati Emas, begitulah perilaku kedua bersaudara ini.

Sampai di tempat tujuan, terlihatlah senjata yang tersusun teratur dalam beberapa barisan barisan. Arah senapan tersebut terarah menuju ke pilar yang ada Bintang Johar. Setiap orang yang menembak dan tidak kena, maka bersoraklah seluruh rakyat yang menonton. Kedua bersaudara itu pun masuk ke dalam kerumunan rakyat yang akan ikut untuk menembak Bintang Johar tersebut. Semua rakyat, Menteri hulubalang punggawa dan pembesar istana melihat kedatangan kedua kakak beradik yang kemarin ikut sayembara. Sebagian menyingkir karena takut, ada juga yang iri dan dengki karena mereka berdua sangat di perhatikan oleh Raja. Sebagian lagi terpana oleh ketampanan dan kegagahan dari kedua kakak beradik ini.

Diceritakan kedua kakak beradik ini pun ikut mengantri untuk mendapatkan kesempatan memegang senapan untuk menembak bintang Johar. Namun karena sebagian Hulubalang Punggawa masih merasa pongah, iri dan dengki terhadap kakak beradik ini maka kesempatan untuk mendapatkan senjata belum juga mereka dapatkan. Setelah mereka menembak diberikan kepada punggawa dan hulubalang lainnya, sampai pada akhirnya tidak ada satupun pembesar, hulubalang ataupun punggawa yang dapat mengenai bintang johar tersebut. Semua sorak sorai rakyat yang mentertawakan para Hulubalang, punggawa dan para pembesar yang tidak satu pun mampu mengenai bintang johar pun membahana ke seluruh alun alun. Rakyat pun di beri kesempatan untuk menembak dan tetap tidak ada satupun yang dapat mengenai Bintang Johar tersebut.

Pada akhirnyalah, kesempatan itu datang kepada kakak beradik Merpati Emas dan Perak. Merpati Perak memberikan kesempatan kepada Merpati Emas untuk terlebih dahulu menembak.

“Ya kakanda, lebih baik kakanda terlebih dahulu yang menembak,” Seru Merpati Perak sambil mengulurkan senapan yang ia peroleh dari rakyat yang baru saja menembak.

“Baiklah adinda,” seru Merpati Emas, ia pun membidikkan senapan ke arah bintang Johar tersebut.

“Akan ku buat meleset tembakannya, biar kesempatan ini akan didapatkan oleh adikku. Ia sangat mencintai Tuan Putri. Biarlah Adinda yang mengenai bintang Johar ini supaya ia bisa mendapatkan perhatian lebih dari paduka Maharaja Sunca Rama,” Pikir Merpati Emas, maka disengajakanlah tembakannya untuk meleset. Riuh pikuk semua pembesar, Hulubalang dan punggawa serta rakyat yang mentertawakan Merpati Emas lebih riuh dari orang orang lain sebelumnya. Mereka mentertawakan dan bahkan mencibir bahkan ada yang berteriak

“Ternyata belum seberapa pendekarnya, masih sama seperti orang lain,” sambil tertawa mereka mengejek Merpati Emas.

Merpati Emas pun hanya tersenyum dan memberikan senapan kepada adiknya,

“aku pun tidak pandai menembak kak, suruh orang lain saja yang menembak,” Seru Merpati Perak karena sakit hati kakaknya di permalukan dan merasa jemu atas perlakuan semua orang yang ada di alun alun tersebut. Namun karena semua orang yang berada di alun alun tersebut sudah menembak semua dan hanya Merpati Perak yang belum menembak, tidak ada hal lagi selain menembak.

“Kakaknya pun tidak kena apalagi adiknya,” Seru semua hulubalang pembesar Punggawa. 

Merasa malu di perlakukan seperti itu, maka diambillah senapan tersebut lalu di tembaklah Bintang Johar itu pun sampai hancur berkeping keeping. Dari Bintang Johar yang hancur tersebut keluarlah kembang api bermancur mancuran ke udara, sambil mengelurkan warna warni bermacam macam hijau, kuning merah dan hitam serta merah jambu. Semua orang pun merasa takjub akan pemandangan tersebut serta merasa takluk terhadap Merpati Perak. Tidak pernah terpikirkan oleh mereka ada yang bisa menembak setepat yang di lakukan oleh Merpati perak. Maka dibunyikanlah tambur dan genderang sebagai tanda suka cita bahwa sayembara telah dimenangkan oleh Merpati Perak.

Merpati Perak pun dipanggil oleh Maharaja Sunca Rama dan dianugerahi tanda bintang perak.

“Hai Merpati Perak, hari ini aku anegarahi engkau tanda penghargaan sebagai tanda bahwa kau memenangkan pertandingan menembak. Ini tanda penghargaan paling mulia yang tidak boleh ada orang lain yang memerintah kamu selain aku sebagai raja mu. Jika lau ada orang lain yang memerintah kamu, maka kamu lihatkan tanda ini kepada mereka,” Seru Maharaja.

Diterimanyalah tanda penghargaan tersebut dengan tangan 10 jari dengan khidmat dan penuh bahagia.

“Ya Adinda, sekarang ikutlah kepada kemauan kakanda, karena kakanda sangat menginginkan Merak yang bisa berkata kata seperti manusia,” Seru Merpati Emas

“ Ya Kakanda, baiklah…walaupun Merak itu adalah Merak jadi jadian Iblis atau setan yang bisa menyerupai apa saja, aku tidak akan takut,” Seru Merpati Perak

“Ya Adinda, Walaupun itu iblis atau setan tapi kita melihat merak tersebut siang hari dan nyata bukan jadi jadian. Walaupun belum ketauan itu apa, biarlah kakanda tidak akan pulang ke rumah.”

“Baiklah kakanda, mari kita mencari tahu,” Sahut Merpati Perak sambil berjalan menuju hutan tempat Merak tersebut berada.

No comments:

Post a Comment

POTRET SENJA SEORANG PAK WARNO