Iklan

Monday, October 4, 2021

DONGENG MERPATI MAS DAN MERPATI PERAK DALAM CERITA TUAN PUTRI DIDALAM KULIT MUTIARA Bagian Keempat



Cerita bersambung bagian keempat
Merpati Mas dan Perak mencoba berlatih perang

Tersebutlah Maharaja Syahriyuna masih menanggung sakit dan sengsara di dalam hutan. Hal ini tidaklah merupakan sebuah bencana yang di turunkan oleh Tuhan karena kelakuan Maharaja Syahriyuna yang merasa iri hati dan dengki dengan saudara tuanya, sehingga harus menanggung akibat dari perbuatannya. Setengah dari cerita ini juga menceritakan bagaimana Maharaja Syahriyuna diberi makan dan di rawat oleh Merak Mas sehingga dari orang yang tidak bisa bergerak dan berbicara sedikitpun menjadi pulih hampir seperti sedia kala. Betapa besar budi Merak Mas terhadap Maharaja Syahriyuna, walaupun sebenarnya Merak Mas pun tidak menyadari bahwa yang ia tolong adalah Maharaja Syahriyuna Ayah dari Tuan Putri Budi Wangi. Pada suatu hari datanglah Merak Mas mengunjunginya dan berkata.

“Ya Tuanku,
Mintalah tuan empunya darma
Beta menolongi tuan beberapa lama
Harap tuan sudi terima
Beta hendak mengetahui Tuan punya nama.”

Maka Maharaja Syahriyuna pun menjawab. “Ya Merak Mas, bahwa akulah ini seorang raja dari Negeri Banduburi dan namaku adalah Maharaja Syahriyuna dan akulah orang tua dari Tuan Putri Budi Wangi.”

Merak mas pun merasa terkejut dan segera berlaku hampir seperti bersujud sambil menyembah ia berkata.

“Ya tuanku, bahwa sesungguhnya
Patik tidak kenal sekali
Yang tuanku ini raja asali
Pada tuanku raja terpilih
Harap ampun kebawah duli
Bukannya patik ini obati
Pada sangka patik tuanku mati
Tiada disangka raja yang sakti
Baiknya patik membawakan makanan dengan seperti

“Hai Merak, budi mu sangat besar dan akan terbalas. Tetapi sekarang bagaimana kabarnya tentang negeri, anak dan istriku, rakyat dan menteriku, rasaku aku harus mencari tahu.” Ujar Maharaja Syahriyuna sambil bangkit dan berjalan menuju keluar hutan. Sedangkan Merak Mas tidak dapat berkata apa-apa lagi dan membiarkan Maharaja Syahriyuna melihat sendiri keadaan negerinya.

Ketika sampai di tepi hutan, ia melihat negerinya sudah menjadi tanah lapang, pikirannya pun teringat akan harta benda, rakyat dan menteri serta istrinya yang sudah mati tenggelam kedalam air, sedangkan anaknya tidak ketahuan rimbanya. Rasanya seperti kiamat jika teringat akan hal tersebut. Namun Maharaja melihat di tengah lapang terpandang seperti semut berkerumun, maka raja pun menanyakan kepada Merak Mas.

“Hai Merak Mas, apakah itu ditengah tengah lapangan berkumpul hitam hitam?”

“Ya Tuanku,
Itu adalah anak anak raja cari mutiara
Dalamnya anak tuanku yang sedang sengsara
Hilang budi patik dengan bicara
Jadi dibuat seperti sayembara
Pada suatu tempat di mana kolam
Yang airnya itu sangatlah dalam
Seorang pun tiada dapat menyilam
Selulup di air beberapa jam.” Kata kata pantun Merak Mas menjawab pertanyaan Maharaja Syahriyuna.

Maharaja pun berpikir,”Jikalah demikian tentu anakku Tuan Putri Budi Wangi sudah pasti mati, apakah gunanya aku pergi kesana, terlebih baik aku menurutkan kehendak hatiku. Aku pun sudah tidak berdaya lagi, harta perbendaharaan pun tidak punya, tidak ada lagi harapan, negeri pun kosong lagi bersih dan tidak ada satupun rumah yang berdiri, begitupun rakyatku tentu semuanya telah tiada.”

Maharaja Syahriyuna pun akhirnya berkata kepada Merak Mas.”Hai Merak Mas, apakah banyak manusia disana terdapat salah satu menteriku ataupun rakyatku.”

Merak Mas pun menjawab sambil menyembah.” Ya tuanku,
Jangankan seorang manusia
Sedang ayam bebek patik cari sampai payah
Semuanya itu dapat bahaya
Satu negeri tiada yang jaya
Semuanya itu sudah binasa
Negeri luas jadi leluasa
Seorang manusia di cari susah
Hanya yang ada mutiara jua senantiasa.”

Maharaja pun berpikir kembali.”jikalau demikian keadaannya, lebih baik aku pergi dari sini, bahwa di dalam mutiara tidak bisa di tebak, apakah benar Tuan Putri atau bukan, apakah sudah Mati ataukah masih hidup. Lebih baik aku serahkan hidup anakku Tuan Putri Budi Wangi kepada Yang Maha Kuasa, semoga ia selamat, kalaupun ia masih hidup semoga masih bisa bertemu.” Raja pun berkata kembali kepada Merak Mas.

”Hai merak mas yang budiman, pada hari ini juga aku memutuskan untuk berjalan menurut kehendak langkah kakiku. Tiada lagi aku masuk kenegeri ku, amat lebur binasa rasanya mau kiamat. Kamu kembalilah pulang pada tempatmu, moga moga kamu selamat. Jikalau memang tuan putri masih hidup, biarlah kamu jaga baik baik tuan putri, janganlah kamu khawatirkan aku.”
Merak mas pun mengembangkan sayapnya dan menyembah serta berkata.”Ya Tuanku,

“doakanlah biar selamat
Pada anak Tuanku harap syafaat
Tuan putri pun supaya mendapat rahmat,didalam zaman masa dan saat.”




Setelah berkata kata maka Merak mas pun kembali pada tempatnya, sedangkan Maharaja Syahriyuna pun berjalan dengan menurutkan langkahnya. Lakunya seperti orang gila, sesekali suka berkata kata sendiri, bernyanyi bahkan berpantun dan tertawa tawa sendiri, habis tertawa lalu menangis sejadi jadinya. Ia berjalan hanya bertelanjang badan dan tanpa menggunakan alas kaki, ia berjalan masuk hutan keluar hutan, masuk rimba keluar padang, gunung gunung tinggi pun di jalani. Siang malam berjalan tiada berhenti. Jikalau berhenti hanya untuk tidur dan ia pun tidur ala kadarnya seperti dibawah pohon atau di batu batu bahkan dirumput rumput sesuka hatinya. Jika hatinya ingin tidur diatas pohon, ia pun melakukannya dan pagi pagi sekali ia pun melanjutkan perjalanannya tanpa mandi sedikitpun.

Setelah 3 bulan melakukan perjalanan tanpa tentu dan tanpa arah, akhirnya pada suatu hari Maharaja Syahriyuna pun bisa berpikiri jernih kembali.

“Aku ini seperti orang gila saja, apa yang sudah terjadi ya terjadilah. Buat apa aku pikirkan dan tidak berkesudahan. Terlebih baik aku bertapa di suatu tempat daripada aku berjalan dengan tiada gunanya.” Pikir Maharaja Syahriyuna.

Ia pun mencari tempat untuk bertapa, lalu bertemulah ia dengan sebuah pohon yang amat besar dan sangat lebat sekali daunnya. Dikarenakan daunnya lebat maka suasana disekitar pohon tersebut sangat teduh dan adem. Keanehan pohon tersebut yaitu mempunya daun 7 warna serta tidak ada sehelai daun pun yang berguguran disekitar pohon tersebut, sehingga di sekitar pohon tersebut tampak bersih, hal tersebut membuat maharaja heran dan takjub. Karena pohon tersebut besar sekali terdapat sebuah rongga yang mirip dengan goa, maka masuklah Maharaja Syahriyuna kedalam pohon tersebut. Didalamnya terdapat batu putih yang amat besar dan lebar berbentuk persegi, disitulah Maharaja Syahriyuna dengan niat hati bersih dan tulus ikhlas duduk, kedua tangannya bersedekap dan sungguh sungguh menyerahkan diri serta membaca pengajiannya, ia pun memulai pertapaannya.

Diceritakan bahwa tempat ia bertapa bernama Gampa Anih-Anih, sebab orang dahulu menamakannya demikian karena pohon tersebut mempunyai daun yang berwarna 7, tempatnya bersih seperti tersapu dan di belakang pohon tersebut terdapat pagar dari besi. Dibawah pohon tersebut terdapat aliran air yang ternyata masih merupakan bagian dari laut. Jika air laut sedang pasang atau berombak ombak maka di bawah pohon tersebut berbunyi juga menggeru geru dan menggoncangkan tanah di sekitar pohon tersebut, yang kata orang juga bahwa dahulu kala tempat tersebut bekas lautan.




Tersebutlah ketika matahari sudah tinggi dan hampir waktu tengah hari, kedua kakak beradik yang masih tertidur pulas di puncak gunung akhirnya tersadar bangun dikarenakan sengatan sinar panas matahari.

“Ya Adinda Merpat Perak, apa yang sudah terjadi pada kita. Sepertinya kita tergoda iblis atau setan.’ Seru Merpati Mas terkejut ketika menjumpai bahwa matahari sudah menjelang tengah hari.

“Ya Kakanda, sesungguhnya sangat nyatalah kebenaran kata-kata orang-orang tua, bahwa merak merupakan kesukaan atau alat bermainnya setan atau iblis.” Seru Merpati Perak sambil tertawa yang disambut oleh kakaknya Merpati Mas dengan tertawa juga.

“nyatalah bahwa kita ini sedang dipermainkan. Oleh karena itu marilah kita binasakan sekalian rajanya yang semalam sudah pandai bermain pantun sebagai penggoda hati.” Seru Merpati Mas, lalu keduanya segera mencari Merak Mas yang semalam mereka jumpai.

Diceritakan bahwa Merak mas sudah pergi ketempat seperti biasanya di tepi kolam tempat tuannya berada, jikalau sudah malam barulah ia kembali ke tempatnya. Jadi ketika kedua kakak  beradik tersebut mencari Merak Mas, mereka tidak menjumpainya, maka diambillah merak merak lainnya, pikir mereka. “jika tidak dapat rajanya, lebih baik rakyatnya di binasakan saja.” Maka dibawanyalah merak merak yang lain dan lalu menuju Istana Tuan Putri Sari Rasmi seperti biasanya untuk menjual merak merak tersebut.

Diceritakan bahwa didalam negeri tersebut banyak para prajurit yang berlatih perang perangan, setiap hari Perdana menteri, punggawa, semuanya keluar berlatih memakai senjata. Kedua saudara setiap hari selesai membawa unggas untuk dijual kepada Tuan Putri Sari Rasmi selalu berkesempatan untuk menonton mereka berlatih, sehingga mereka sangat hapal  dan tau mengenai pemakaian senjata pedang, aturan dan permainannya dalam hal potong memotong dan tembak menembak.

Pada suatu hari Raja dalam Negeri yang bernama Maharaja Sunca Rama menyuruh Menterinya mengeluarkan seluruh prajurit untuk berlatih perang besar besaran. Maka keluarlah seluruh prajurit seperti semut, bertalu talu suara orang dan derap langkah menuju ke medan pertempuran. Setelah semuanya keluar dan berbaris rapi maka berpisahlah mereka membentuk 2 pihak yang saling berhadapan. Ada lima orang yang membawa tambur terus di tabuh bertalu talu dan meriam meriam pada kedua pihak pun sudah terisi layaknya perang sungguhan. Genderang perang pun sudah di bunyikan, mendengar hal tersebut banyak orang orang para rakyat biasa tidak melewatkan kesempatan yang langka ini untuk menonton,  termasuk kedua kakak beradik yang telah berada di pinggir medan pertempuran. Setelah genderang perang telah di bunyikan, maka berhadapanlah keduanya, bersiap siap melakukan formasi untuk bertembak tembakan dan bertombak tombakan serta tikam menikam, yang mana pendekar ataupun yang paling bijaksana pun dapat menantang musuhnya di tempat tersebut.

Maharaja Sunca Rama telah berada pada salah satu pihak sedangkan Menteri pertama pun sudah berada di pihak yang berada di Timur. Mereka sama sama menggunakan kereta dan para prajurit pun sangat riuh rendah suaranya. Pada saat itu dari barisan Menteri pertama keluarlah seorang punggawa yang amat gagah, matanya merah dan dengan berkendaraan kuda yang berwarna hitam keluar menuju ke pihak Maharaja Sunca Rama untuk menantang salah satu punggawanya. Maka keluarlah salah satu punggawa dari pihak Maharaja Sunca Rama untuk menantang punggawa tersebut. Mereka lalu bertikam tikaman serta bertangkis tangkisan. Pada saat itu memang terlihat mereka sama sama kuat, sehingga bertambah serulah pertarungan tersebut. Jika punggawa satu memalu maka punggawa dari Maharaja pun menangkis, jika ia menyabet maka punggawa tersebut menghindar dan melompat begitu sebaliknya. Namun pada akhirnya punggawa dari pihat Maharaja salah tangkis yang berakhir dengan tangan terluka, maka mundurlah ia kebelakang menyerah.

Setelah melihat kemenangan dari punggawa menteri satu, maka prajurit dari pihak menteri pun mengelu elukan punggawa tersebut, riuh rendah suara mereka ramai. Ia pun berkata kepada prajurit prajurit dari pihak Maharaja Sunca Rama,

“Manakah lagi kawanmu, marilah melawan kepadaku.” Serunya pongah sambil menunjuk satu persatu prajurit prajurit dari pihak Maharaja.

Maka majulah salah satu punggawa lainnya. Mereka saling berhadap hadapan dan tanpa aba aba sudah mulai menyerang, sekarang mereka berganti senjata menjadi tombak. Mereka saling tombak menombak dan tangkis menangkis yang pada akhirnya punggawa dari pihak raja pun terkena pada lehernya dan menyerah. Maka bersoraklah kembali prajurit dari pihak Menteri satu atas kemenangan punggawa tersebut.

Pertarungan berikutnya adalah pahlawan dari pihak menteri dan pihak raja dengan memakai gada besi. Mereka saling pukul memukul dan palu memalu. Suara besi bertemu besi saling berdenting tak tik tuk. Namun pahlawan dari Raja sepertinya terdesak. Ia terus bertahan menghadapi gempuran dari pahlawan Menteri. Pada akhirnya karena tidak kuat bertahan dan menahan pukulan gada pahlawan menteri pada gadanya, ia pun terkena pukulan gada besi itu di pundaknya dan gadanya pun terlepas dari pegangannya jatuh ke bumi. Ia pun pada akhirnya mundur menyerah. Maka bersoraklah kembali prajurit prajurit dari pihak menteri satu. Demikian lah satu persatu pahlawan dan prajurit serta punggawa saling hadap berhadapan dan bertempur, namun tidak ada satupun dari pihak raja yang dapat menang menghadapi pihak Menteri satu. 

Merpati Mas dan perak pun merasa kasihan melihat prajurit prajurit dari pihak raja. Maka Merpati Perak pun berkata,

“Ya kakanda, marilah kita coba masuk bermain bercampur dengan prajurit prajurit dari pihak raja, karena dari awal pihak raja tidak ada yang bisa menang melawan prajurit dari pihak menteri.”

“Ya Adinda, bisakah kita masuk bergabung, jika memang tidak dikasih ijin melawan, maka malulah kita di hadapan rakyat sekalian yang ada disini.” Seru Merpati Mas sangsi bisa bergabung dengan prajurit Raja.

“Masakan kita tidak bisa bergabung, mari kita coba-coba dahulu,” Seru Merpati Perak sambil berjalan masuk ke dalam shaf shaf prajurit perang nya Raja. Merpati Mas yang melihat kelakuan Merpati Perak pun dengan langkah ragu ragu akhirnya ikut bergabung dengan saudaranya masuk ke dalam shaf shaf prajurit Raja. Kebetulan pada saat itu hulubalang dari pihak menteri berteriak berseru seru mencari penantang.

“Manakah lagi musuhku, marilah melawan kepadaku.” Maka Hulubalang dari pihak raja yang sudah pada turun mentalnya pun tidak ada yang berani maju karena mereka niscaya percaya sudah pasti kalah juga melawan.

Merpati perak dan Mas pun mencoba untuk menghadap ke Menteri kedua yang berada di pihak Raja.

“Ya Tuan Menteri, ampun tuanku, patik adalah orang luar. Jikalah tuanku berkenan kami hendak masuk mencoba-coba saja untuk masuk bergabung pada prajurit tuanku dan bertanding melawan pihak menteri, jika di perbolehkan.” Ujar Merpati Perak memohon dan menyembah.

“Hai Anak muda,paras kalian teramat baik dan bagus, mana mungkin kalian mau bertanding dengan segenap hati kalian. Tapi jika kalian memaksa, baiklah saya tidak akan melarang dan silahkan bertanding.” Ujar menteri kedua di pihak raja berkata.

Merpati perak pun mengambil senjata dua bilah gada besi dan Merpati mas pun bersejatakan pedang yang telah tersedia disana. Merpati perak sudah berhadapan dan  mulai bertanding dengan hulubalang yang tadi berteriak menantang. Dua bilah gada besi di tangan Merpati perak bagaikan kayu yang dengan mudah diputar putar serta di pukulkan pada gada hulubalang pihak menteri. Hulubalang tersebut terdesak dan merasa sudah tidak kuat memegang gada besinya untuk menangkis serangan dari Merpati perak dan pada akhinrya menyerah. Riuh rendah dengan nyaringnya para prajurit dari pihak raja membahana karena baru pertama kalinya mereka menang dalam pertandingan ini.

Maka majulah pahlawan dari pihak menteri dengan marah menggelegak karena temannya kalah oleh orang luar.  Maka berhadapanlah mereka dan berpalu paluan dan bertikam tikaman. Karena terlewat amarah, pahlawan tersebut tidak terkontrol lagi dalam melawan sehingga akhirnya bisa dimanfaatkan oleh Merpati perak dengan memukulkan gada besinya ke tangan pahlawan tersebut sehingga gadanya jatuh ke bumi dan ia pun dengan sendirinya jatuh juga terpeleset karena salah melangkah. Dengan rasa malu ia pun mengundurkan diri dan mengaku kalah disambut oleh gemuruh kemenangan oleh prajurit raja dengan sahut menyahut. Maju juga seorang punggawa berhadapan dengan Merpati Perak, yang pada akhirnya punggawa tersebut kalah karena lambungnya terkena oleh gada besinya Merpati perak sehingga punggawa tersebut pun jatuh kebumi. Melihat para punggawa punggawa dari pihak menteri satu, kalah satu demi satu dari orang luar, para punggawa lainnya pun merasa geram dan memutuskan untuk mengkeroyok Merpati perak. Maka majulah 12 orang punggawa dari pihak menteri satu untuk mengkeroyok Merpati Perak.

Melihat adiknya di keroyok sedemikian rupa, Merpati Mas pun tidak tinggal diam. Ia pun dengan segera bergabung dengan adiknya untuk membantu. Satu demi persatu mereka kalahkan dan diusir dari arena pertandingan, sehingga akhirnya tertinggal 3 orang, yang ketiga orang ini pun juga lari lintang pukang karena sudah terkena hantaman gada Merpati perak ataupun sabetan pedang dari Merpati Mas. Merpati Mas sebenarnya merasa menyesal telah mengikuti nafsu adiknya sehingga mereka harus dikeroyok orang. Namun apa boleh buat, mereka harus bisa memenangkan pertarungan ini. Melihat kemenangan dari kedua kakak beradik ini dipihak raja, maka Prajurit pihak raja pun bergemuruh berteriak gembira dengan sangat gempar.

Prajurit dari pihak raja bersorak sorai dengan tujuh kali teriakan dan merasa heran dengan kegagahan kedua kakak beradik ini. Maka Maharaja Sunca Rama pun menggeleng gelengkan kepalanya dengan takjub melihat kegagahan kedua kakak beradik ini dalam bermain senjata dan menghadapi 12 musuh sekaligus. Maka Maharaja Sunca Rama pun memanggil Menteri kedua.

“Hai menteri, anak siapakah itu dan siapakah namanya serta dimana tempat tinggalnya?” Tanya Maharaja Sunca Rama.

“Ampun beribu ribu ampun tuanku, patik tiada mengetahui.” Sahut menteri merasa bersalah karena sebelumnya tidak menanyakan kepada kedua kakak beradik tersebut asal muasalnya.

“Baiklah kalau begitu, suruh mereka menghadap kepadaku.” Titah Maharaja.

“Baiklah Tuanku.” Seru Menteri undur diri dan segera mencari Merpati Mas dan Perak untuk dihadapkan kepada raja.

Setelah itu Maharaja Sunca Rama menyuruh untuk menabuh genderang tanda latihan telah usai dari pihak raja. Lagian Matahari sebentar lagi masuk ke dalam peraduannya dan berganti dengan malam hari. Mendengar genderang di tabuh dari pihak raja, maka menteri pertama pun menyuruh orang untuk menabuh genderang dari pihaknya. Perang perangan pada hari itu pun usai. Latihan di tutup dengan ditembakkannya meriam sebanyak 3 kali menambah kemeriahan terakhir yang bisa dinikmati dan didengar oleh rakyat. Mereka semua berkumpul dalam sebuah pasukan besar lalu kembali pulang. Maharaja Sunca Rama dengan didampingi oleh keempat menterinya yang berpangkat pun kembali pulang.   

Kegagahan Merpati Mas dan Perak dalam latihan perang tersebut sangat termasyur dan terkenal sampai menjadi buah bibir rakyat dan para prajurit. Sebagian ada yan g mengetahui bahwa mereka adalah tukang pemikat burung dan yang lainnya tidak mengetahui sehingga menjadi tanda tanya siapakah mereka dan dari mana mereka berasal. Diceritakan bahwa Merpati Mas dan perak di panggil oleh raja untuk menghadap, maka datanglah kedua kakak beradik tersebut kehadapan raja dengan sembah sujudnya.

“Siapakah nama dan apakah perkerjaanmu dan dimanakah negeri dan ibu bapakmu? Tanya Sang Raja membuka percakapan pada saat itu.

Dan maukah kamu menjadi bawahan dan orang kepercayaanku, aku percaya kepadamu karena melihat rupa, kelakuan dan tingkah lakumu. Sepatutnya kamu anak raja baik baik, atau kamu anak berpangkat dan bangsawan, karena keahlianmu menunjukkan padaku dan badanmu juga sepatutnya kamu anak orang baik baik. Dan maukah kamu menjadi bawahanku dan niscaya akan aku beri pangkat sepatutnya.” Cecar sang raja bertanya penasaran karena terkagum akan keahlian kedua kakak beradik ini di arena latihan perang.

“Mohonlah hambamu ampun akan Tuanku, adapun hambamu inilah anak orang miskin yang tiada berpengetahuan dan tempat hamba juga di bawah perintah tuan juga, perkerjaan hamba adalah seorang pemikat burung, nama hamba ini adalah Merpati mas dan ini adalah adik hamba Merpati Perak. Mohonlah hamba ampun beribu ampun dibawah telapak kaki tuanku, bahwa janganlah marah kepada hamba, bukannya hamba tidak mau memegang perkerjaan yang tuanku tawarkan kepada hamba, sebab malulah hamba pada bumi tanah hamba. Hamba berharap jika memang ada tulisan, dilain waktu hamba bisa menerima pangkat Tuanku, karena hamba masih terlalu muda dan masih kanak kanak, takutlah khilaf atau salah langkah sehingga mengakibatkan bencana. Karena juga hamba masih suka jalan mengembara dan keliling disemua tempat.” Jelas Merpati Mas menjawab  satu persatu pertanyaan dari Sang Raja.

“Hai Merpati Mas dan Perak, baiklah jika begitu. Aku bisa memahami, namun pada esok hari aku akan membuat sayembara, siapa yang dapat memenangkan pertandingan yang akan aku adakan besok, dia akan mendapatkan tanda bintang kehormatan dariku.” Ujar sang Raja menjelaskan.

Setelah selesai berkata kata, maka pulanglah semua Menteri pada istananya. Sedangkan Merpati Mas dan Perak selesai bersembah sujud kembali kerumah orang tuanya. Pada saat itu hari sudah menjelang malam dan mereka pun berbincang bincang sepanjang perjalanan menuju ke rumah.

“Ya Adinda, Menurut mu bagaimana tentang sayembara yang diadakan oleh raja?” Tanya Merpati Mas pada adiknya Merpati perak.

“Ya Kakanda, aku sepertinya berminat untuk ikut dalam sayembara tersebut.” Ujar Merpati perak dengan lantang yang membuat kakandanya tersenyum mendengar suara lantang Merpati perak, mengingatkan kerasnya juga hati Merpati Perak akan jatuh cintanya kepada Tuan Putri Sari Rasmi. Merpati mas pun lalu berkata.


“Ya Adinda, asalkan tidak di kerubuti oleh 12 orang seperti tadi siang.” Keduanya pun sama sama tertawa terkenang kisah tadi siang sambil melangkahkan kaki menuju rumahnya di Kanca Wanis. 

No comments:

Post a Comment

POTRET SENJA SEORANG PAK WARNO