Iklan

Monday, October 4, 2021

DONGENG MERPATI MAS DAN MERPATI PERAK DALAM CERITA TUAN PUTRI DIDALAM KULIT MUTIARA Bagian Ketiga


Cerita Bersambung Bagian Ketiga
Merpati Mas dan Perak Berjumpa dengan Merak Mas

Tersebutlah Merpati Mas dan Perak dalam Negeri Pura Nurani Kampung Kanca Manis, masih memikirkan tawaran dari Putri Sari Rasmi. Bapaknya Bujangga Tala dan Ibunya Sekar Harum menasehati mereka supaya mereka menolak untuk masuk berkerja sebagai kepercayaan raja. Kedua orang tuanya sangat mencintai kedua anaknya bagai bulan dan matahari. Mereka sangat takut kalau kedua anaknya terbunuh di medan perang sehingga mereka akan susah hati kehilangan anak anaknya. Merpati Mas dan Perak pun mendengar dan menerima nasehat dari kedua orang tuanya, namun di lain sisi Merpati Perak masih terkenang dengan kecantikan Tuan Putri Sari Rasmi. Ketika hari telah Pagi, seperti kebiasaan sehari hari, mereka sudah mulai berjalan ke tempat perburuan.



Diceritakan bahwa Kedua Kakak beradik tersebut jika sampai ke Gunung Biranda Wangi adalah ketika matahari sudah tinggi sekitar jam 10 sedangkan pulang dari tempat perburuannya adalah sekitar Jam 4. Sedangkan Merak Mas yang memang berkediaman di Gunung Biranda Wangi telah pergi dari gunung tersebut pagi pagi sekali dan pulang setelah matahari terbenam. Sehingga ketika kedua kakak beradik tersebut menangkapi unggas unggas yang disana, tidak dapatlah berjumpa dengan Merak Mas. Setelah mereka telah mendapat unggas yang mereka inginkan dan merasa cukup. Pulanglah mereka kembali ke istana raja untuk menjual unggas unggas tersebut. Para dayang dayang yang suka dengan unggas pun sangat senang dan membeli dari kedua kakak beradik tersebut.

“Ya tukang unggas, pandai sekali kalian menangkap burung burung ini dalam keadaan hidup serta banyak. Banyak tukang unggas yang menangkap unggas namun sudah dalam keadaan yang sudah mati serta tidak begitu banyak,” ujar para dayang dayang memuji keahlian memikat burung kedua kakak beradik tersebut.

“Ya tukang pandai memikat burung, jika sudi menjadi langganan saya, singgahlah kapan kapan kerumah saya, makan makan, ngerokok atau sirih, Jikalau sudi juga kita perpanjang menjadi sahabat,” ujar dayang dayang yang lain.

Seketika itu, mendengar ribut ribut riuh di luar serta mendengar suara kedua kakak beradik yang memang sedang dinanti nanti dan dirindu datang, bergegaslah Tuan Putri Sari Rasmi datang, serta berkata, “mana unggas yang terbaik?” Seketika itu maka Merpati Perak mempersembahkan beberapa ekor merak.

“Ya Tuan Putri, hanya inilah perburuan yang terbaik hamba peroleh melainkan Merak jua.” Ujar Merpati Perak

“Berapa ekorkah semuanya?” Tanya Tuan Putri

“Dua belas ekor.”

“Hai tukang pemikat, inilah saya berikan upahnya hanya separuh dulu saja, sisanya nanti saya bayar dan berhutang padamu.” Seru Tuan Putri Sari Rasmi

“Hai dayang, mana tempat rokok dan sirihmu? Suruhlah ia duduk dahulu. Namanya juga langganan datang, sediakanlah teh atau kopi.” Titah lanjutan dari tuan Putri kepada dayang dayangnya. Tuan Putri pun menyediakan Anggur dan Zabib Delima kehadapan kedua kakak beradik tersebut.

“Santaplah tukang pemikan santaplah tuan
Janganlah tukang pemikat malu maluan
Kalaukan boleh jadi sahabat dan kawan
Tambahlah lagi airnya cangkir dan cawan.”

Maka tersenyumlah kedua kakak beradik tersebut mendengar pantun sang tuan Putri, Merpati mas pun menjawab pantun tuan putri.

“Ya Adinda masakan kakanda tiada santap
Inilah jua lagi dihadap
Buah buahan banyak yang sedap sedap
Buah buahan inilah sudah lengkap”

Merpati perak pun melengkapi pantung sang kakak

“Ya Kakanda, apa kita balas pada Tuan Putri
Menerima budi setiap hari
Jikalau tiada kuat dipikul mati berdiri
Budi apa kita memberi”

Tersenyumlah Tuan Putri Sari Rasmi mendengar pantun kedua kakak beradik tersebut. Ia pun membalas kembali pantun kedua kakak beradik tersebut.

“Pandainya ini tukang pemikat
Tiada balasan yang baik balas yang jahat
Bukan disuruh pikul enteng dan berat
Kalaukan panjang kita bersahabat”

Setelah selesai bersantap, Tuan putri pun bertanya, “ Ya tukang pemikat, apakah kabar hatimu mengenai maksud tawaran memegang perkerjaan raja?

“Ya Tuan Putri, hati hamba belum ada maksud untuk menerima hal tersebut. Belum ada hati untuk berniat karena belum ada takdir dari bapak pengarang.” Sembah kedua kakak beradik tersebut menjawab pertanyaan sang Tuan Putri.

“Siang dan malam hari hidupmu di dalam hutan, waktu tengah hari sangat terik, sayang sayang sekali air mukamu yang manis dan bagus serta tidak bosan dipandang akan menjadi hitam tersengat sinar panas matahari. Nanti menjadi sakit kepala dan merah di badan karena terjemur sinar matahari,” Seru Tuan Putri.
“Ya Tuan Putri, susungguhnya kata Tuan Putri ada benarnya juga. laksana hamba ini unggas yang hidup didalam hutan pencarian makanan pun adalah daun daunan dan buah buahan yang ala kadarnya di hutan, namun jika di taruh didalam negeri dengan di paksa ia akan berkeluh kesah, hawa dan nafsu hidupnya pun berbeda dengan ia berada di dalam hutan sebab makanan dan minuman serta mandinya pun bukan seperti yang ia inginkan karena di beri oleh sang pemilik peliharaan.” Seru Merpati Mas sambil menyembah sopan.

“Ya Tuan Putri, sesungguhnya jika memang lain hari ada peruntungan yang sudah di tentukan hamba ini pasti akan menjadi hamba raja. Namun tidak boleh hari ini namun lain hari. Karena sekarang ini hati hamba masih ingin menjadi pemikat burung. Karena hamba ini laksana Cuk masih muda menjadi cuk yang hidupnya di air. Barangkali kalau sudah tua akan berbalik menjadi nyamuk yang terbang keatas udara.” Ujar Merpati Perak menambahi apa yang sudah dikatakan oleh kakaknya Merpati Perak.

Mendengar apa yang dikatakan oleh kedua kakak beradik tersebut, ingin rasanya Tuan putri mencubit bibir kedua pemuda tersebut yang pandai berkata kata. Ia pun mengerti apa yang dikatakan kedua kakak beradik tersebut dan tersenyum. Setelah selesai berbincang , maka kedua kakak beradik tersebut pamit pulang.

“Ya tukang pemikat, esok datanglah lagi dan bawakan burung yang indah indah. Jangan di bawa ke tempat yang lain.” Titah Tuan Putri Sari Rasmi.

“ Baiklah Tuan Putri,” Seru kedua kakak beradik sambil menyembah dan beringsut untuk keluar dari Istana tersebut.

Adapun sebenarnya Tuan Putri sangat suka sekali kepada Unggas dan burung. Ia telah membuat kandang dan kurungan burung yang terbuat dari besi. Sepanjang jalan di dalam taman di penuhi dengan kandang dan kurungan yang berisi unggas dan burung burung yang berupa rupa warna dan jenisnya. Setiap pagi dan sore disuruhnya para pembantu untuk membersihkan dan memandikan serta memberi makan unggas dan burung burung tersebut.



Tersebutlah Merpati Mas dan Perak ketika keluar dari istana melihat banyak sekali prajurit punggawa dan Menteri Hulubalang membawa senapan dan Tombak berbaris secara teratur dan rapi. Dilihatnya juga mereka sedang berlatih menggunakan senjata dan mengendarai kuda, setengahnya juga sedang berlatih menggunakan besi. Kedua kakak beradik tersebut sangat tertarik sekali melihat hal tersebut sehingga pada akhirnya menonton para prajurit yang sedang berlatih tersebut. Setelah hari kian sore, maka berhentilah para prajurit tersebut berlatih dan kedua saudara tersebut kembali ke rumahnya. Mereka berjanji untuk setiap sore menonton para prajurit tersebut berlatih karena mereka sangat suka sekali melihatnya.

Pada suatu hari, mereka kemalaman untuk kembali ke rumahnya dan takut jika mereka pulang besok harinya mereka akan kesiangan bangunnya. Maka Merpati Mas berkata.

“Ya adinda Merpati Perak, Sepertinya kita akan bermalam di tepi gunung Biranda Wangi karena hari telah malam.”

“Baiklah kakanda jika memang itu yang terbaik menurutmu.” Jawab Merpati Perak menurut apa yang dititahkan oleh Kakandanya. Maka kedua kakak beradiknya pun segera menuju kaki gunung Biranda Wangi tersebut dan bermalam disana. Pada saat itu bulan sangat terang sekali. Merpati perak malam itu tidak bisa tidur, ia merasa gelisah dan terus terbayang bayang wajah sang Tuan Putri Sari Rasmi, sebentar bentar menarik nafas, hatinya sangat tergila gila dengan Tuan Putri Sari Rasmi. Ditambah suara beberapa burung Merak yang terdengar bersuara mengalun alun menambah rasa rindunya pada Tuan Putri Sari Rasmi. Akhirnya ia melihat seekor Merak yang tingkah lakunya seperti manusia, menari dan membuka sayap, melenggak lenggok kanan dan kiri seperti manusia yang bermain di tengah terangnya bulan. Itulah Merak Mas yang sudah kembali dari menengok Tuan Putri Budi Wangi. Ia rupanya teringat kepada Tuan Putrinya, ketika pada saat terang bulan ia bersama Tuan Putri serta para dayang dayang bermain dan menari. Merasa tidak betah dan merasa sendiri di gunung tersebut akhirnya ia pun mengepak kan sayapnya mengelilingi kaki gunung tersebut sebagai pengobat pelipur laranya.

Saat itu Merpati Perak sedang berbincang bincang dengan Merpati Mas.

“ Ya Kakanda, Adinda ini tiada dapat beradu (tidur)
Sebab hati rawan dan rindu
Tiada dapat obat menjadi udu (sukar)
Adinda masuk juga menjadi soldadu
Sebab terkenang dengan Tuan Putri
Terbayang pada wajahnya seri (tersenyum)
Beradu tiada bisa sebab pikiri
Apakah lantaran supaya jadi istri.”

Setelah Merpati Mas mendengar apa yang diutarakan oleh adiknya, maka berdebarlah hatinya. Ia teringat bahwa mereka adalah orang miskin yang mencari makan juga di hutan, mana mungkin bisa manaruh hati pada Tuan Putri anak seorang raja. Untuk menutupi rasa terkejutnya, maka sambil tersenyum Merak Mas pun menjawab.

“Ya Adinda, Mungkinkah kita bisa beristrikan seorang anak raja, sedangkan raja sama sama raja pun jarang bisa diterima, jarang juga yang beristrikan seorang anak putri Raja, ada juga yang beristri dengan anak perdana menterinya juga. tetapi jika Adinda menaruh hati rindu pada Tuan Putri, alangkah baiknya di tahan terlebih dahulu dengan sabar.”

“Ya Kakanda, kabar dari ayahanda bahwa sekali kali ia berkata bahwa kita adalah turun temurun keturunan Raja besar. Ketika Kakek wafat, saudara mudanya yang dengki hati merebut kedudukan menjadi raja sehingga Ayah kita pun pegi keluar dari negerinya tanpa arah bersama dengan bunda. Padahal Ayah adalah saudara tua dan berhak atas kedudukan tersebut bukan saudara mudanya. Karena kita masih punya mamanda (paman) yang menjadi raja maka kita adalah keponakan raja tersebut, maka itu kita masih ada keturunan raja.” Jelas Merpati Perak membalas perkataan Kakandanya. “Oleh karena itu kakanda, kita harus mencari asal usul serta sanak saudara kita.” Sambung Merpati perak.

“Ya Adinda, Kakanda ingat bahwa mamanda kita adalah bernama  Maharaja Syahriyuna dan nama negerinya adalah Bandaburi. Tetapi kakanda tidak tahu dimana letaknya negeri tersebut. Apakah di Utara, Selatan, Timur ataukah barat. Tetapi jikalau untuk mencari sanak saudara, kakanda masih merasa malu sekali karena takut tidak diakui. Bapak pun pergi saja tidak dicari atau dilarang oleh Mamanda, bahkan jika perlu bapak pergi jauh sekali biar bapak tidak merongrong kedudukan mamanda sebagai raja. Maka itu Kakanda selalu menurut apa yang dikatakan oleh  Ayahanda dari kecil sampai dewasa begini bahkan sampaI tua nanti, bahwa jangan sampai mempunyai rasa dengki dengan saudara, niscaya putuslah tali saudara. Alangkah baiknya jika saling tolong menolong, Adinda menolong dan kakanda pun menolong kepada Adinda.” Jelas Merpati Mas mengingatkan saudaranya sehingga adiknya pun teringat akan nasehat orang tua mereka.

Merak Mas pun mendengar seperti ada suara manusia yang berada diwilayahnya. Dilihatnya ada dua orang sedang berbincang bincang di terangnya sinar bulan. Bertambah heran lah dia karena kedua orang tersebut sangatlah tampan dan parasnya sangat baik serta enak dipandang. Maka Merak Mas pun mendengar apa yang dikatakan oleh kedua orang tersebut berharap bahwa apa yang dikatakan oleh kedua orang tersebut dapat bermanfaat bagi dirinya. Selesai mendengar apa yang diperbincangkan oleh kedua kakak beradik tersebut, maka Merak Mas pun berpantun.

“Beli Roja (Seroja) campur Melati
Anak Pandu bergelar Menteri
Dasaran keturunan Raja yang sakti
Bertemu jodoh dengan Tuan Putri
Sedang terang cahaya bulan
Disapu awan hilang cahayanya
Barang dinanti tahun yang kebetulan
Sekarang bertemu pada dianya”

Merpati mas dan perak pun merasa terkejut karena mendengar ada suara manusia yang berpantun. Mereka pun khawatir kalau rahasia mereka berdua ketahuan oleh orang lain. Maka mereka pun mencari cari sumber suara, dilihatnya kanan dan kiri serta keatas pohon maka terlihatlah seekor Merak yang bersinar bulu dan kakinya. Segera mereka melontarkan batu keatas tangkal pohon tempat bertenggernya Merak Mas tersebut. Merak itu pun segera terbang dan mendarat diatas tanah dan mengembangkan sayapnya sambil berpantun.

“janganlah tuan suka begitu
Baik ditanya dahulu kabar yang tentu
Supaya patik persembahkan satu persatu, niscaya tuanku dapat anak peratu
Dengar jua persembahan beta
Dengar dahulu apa yang dikata
Jikalau tuanku mau mutiara bertatah
Mari mengikutlah pada kita.”

Mendengar bahwa yang berkata kata tersebut adalah Merak. Maka Kedua saudara tersebut segera memburu merak tersebut. Terlebih lagi merak tersebut sangat berbeda dengan merak lain dari bulu pun lebih sangat berbeda dan cantik. Merak ini pun sangat lincah sekali dalam berkelit, segala usaha daya upaya dikerahkan oleh kedua kakak beradik ini dalam memburu Merak Mas. Sebentar dekat sebentar jauh, lompat kekanan dan lompat ke kiri. Merak ini pun berbeda dengan merak merak lain yang di tangkap oleh kedua kakak beradik ini. Jika merak lain di panggil justru mendekat dan jinak sedangkan merak ini malah menjauh. Tidak terasa mereka mengejar merak Mas sampai ke atas puncak gunung dan hari pun sudah menjelang tengah malam.

Bulan hampirkan masuk, rembang dan suram
Sepotong terang dan sepotong malam
Cahayanya hampirkan kelam
Sebab bulannya mau tenggelam

Pada akhirnya Merak Mas pun hinggap di tempat yang sangat gelap pada sebelah timur gunung tersebut, sehingga merak pun sudah tidak terlihat lagi oleh kedua kakak beradik tersebut. Maka tinggallah kedua kakak beradik tersebut terenggah engah mencari keberadaan Merak Mas tersebut. Mereka sangat heran sekali dengan Merak satu ini, bertanya tanya dalam hati apakah setan, jin atau kah peri mambang yang menggoda mereka. Karena lelah mencari maka mereka putuskan untuk berhenti mencari dan disambung esok hari mengingat hari telah lewat dari tengah malam.

“ Ya Adinda, marilah kita beristirahat disini, esok kalau di sudah keluar akan kita teruskan untuk menangkapnya.” Ujar Merpati Mas sambil menghempaskan tubuhnya ke tanah bebatuan di puncak gunung tersebut.

Setelah hari menjelang pagi dan tedengarlah kokok ayam hutan digunung tersebut, Merak pun keluar dan bertebangan kesana kemari untuk menggoda kedua kakak beradik tersebut. Sedangkan kedua kakak beradik tersebut masih belum sadar dari tidur mereka karena kelelahan. Merak Mas pun akhirnya menuju saluran air tempat biasa setiap pagi ia mandi dan minum bersama dengan merak merak lainnya. Setelah matahari sudah tinggi , masih dilihatnya kedua kakak beradik tersebut masih tertidur, sedangkan pada pikirannya ia ingin membangunkan kedua kakak beradik tersebut dan memberi tahu keinginannya untuk memberi tahu jalan pada tempat tuannya yang berada didalam kulit mutiara.

“Kalaukan kedua kakak beradik ini masuk kedalam air tentu dapat menolong tuannya,” pikir Merak Mas, namun kedua kakak beradik tersebut belum bangun juga sampai dengan matahari tergelincir, maka Merak Mas pun berpantun

“Bangunlah tuanku anak pemikat
Karena matahari sudahkan tinggi
Entah rumahnya jauh dan dekat
Haripun sudah lewat pagi
Janganlah beradu kelewat nyadar
Baiklah bangun bersiram badan
Jikalau tiada bangun patik pergi/mengedar
Masuklah patik di negeri dan di medan.”


Namun kedua kakak beradik itu pun belum juga bangun, pada akhirnya Merak mas pun terbang pergi dari tempat tersebut menuju ke seluruh negeri untuk memberi tahu seluruh orang, anak anak raja serta anak menteri hulubalang. Siapa tahu diantara beberapa orang bisa menolong Merak Mas untuk masuk kedalam air dan mengambil mutiara, karena barang siapa orang yang dapat mengambil mutiara tersebut akan mendapatkan tuan Putri didalamnya. Banyak yang tertarik dengan kata kata Burung Merak tersebut, sampai semuanya mengikuti ke arah Merak Mas terbang sampai ke tepi kolam, sehingga penuhlah tepi kolam tersebut layaknya sebuah sayembara.

No comments:

Post a Comment

POTRET SENJA SEORANG PAK WARNO